Terminologi "lapili" tak begitu sering terdengar di kalangan masyarakat Indonesia. Â Ia merupakan material padat yang keluar saat terjadinya bencana gunung meletus. Masalahnya apabila mendengar gunung meletus, yang terbayang hanyalah magma, lava, hujan debu, lahar panas dan lahar dingin yang mengerikan karena bisa mengancam kestabilan hidup manusia dan kemusnahan lingkungan pada saat itu.
Sebenarnarnya banyak sekali material padat yang keluar dari perut bumi akibat volkanik eksplosif, baik yang berskala besar seperto bom maupun yang sangat kecil seperti debu. Berbagai jenis dan bentuk material padat yang panas itu disebut batuan piroklastik atau sederhananya batu api.
Diketahui beberapa partikel padat yang terbentuk dari proses pragmentasi letusan gunung berapi adalah: Skoria, pumice, tuff, dan lapilli. Bebatuan itu memiliki ciri dan kandungan yang berbeda.
Lapili merupakan batu panas berwarna gelap dengan komposisi glass dan kristal. Ukuran lapili lebih kecil dari bom vulkanik dan lelbih besar dari debu vulkanik. Ukuran tersebut sudah dalam kategori kerikil.
Sebaran matial padat tersebut akan mempengaruhi jenis tekstur tanah. Tentu seiring waktu dan proses pelapukan fisik dan kimiawi. Tanah yang dipengaruhi oleh material proses magmatik dikategorikan sebagai tanah regasol yang sangat bermanfaat bagi pertanian. Tanaman yang paling sesuai untuk tanah jenis ini adalah padi, tebu, tembakau, sayuran, dan sejenisnya.
Bagi yang kreatif, akan mengumpulkan batu lapili untuk dijadikan hiasan taman rumah. Kita ketahui bahwa batu alam sudah lama digunakan oleh manusia untuk menghias rumah, baik bagian luar maupun bagian dalam bangunan karena manusia akan senantiasa kembali menyatu dengan alam lingkungannya.[]
Semoga bermanfaat.
KL: 06072020