Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Petaka Itu Datang Lagi

6 Agustus 2018   10:05 Diperbarui: 7 Agustus 2018   18:24 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja sepekan berlalunya gempa bumi berkekuatan 6.4 skala richter mengguncang Lombok. Minggu (5/8) malam, Pulau Bumi Seribu Masjid kembali berguncang dengan kekuatan 7 skala richter, berpusat di 8.25 LS,116.49 BT, sekitar 27 km di arah timur laut. 

Pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer. Tentu akibatnya sangat parah, bahkan diprediksikan bisa menyebabkan tsunami. Keluarga di Mataram menginformasikan rumah retak dan bahkan rumah salah seorang keluarga roboh menyembah bumi. "Tadi malam warga Taman Mutiara banyak yang tidur di luar rumah karena takut terjadi gempa susulan yang lebih besar," kisah Rais Dahlan, salah seorang anggota keluarga di Mataram. "Kami takut terjadi tsunami," imbuhnya lagi.

Di tengah duka yang mendalam, beredar pula berita palsu bahwa akan terjadi gempa susulan yang lebih besar, bahkan pihak tidak bertanggung jawab itu mengaitkan bencana alam ini dengan politik Presiden Joko Widodo dan Gubernur NTB Tuan Guru Haji Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB).

Di tengah duka ternyata banyak orang yang bermain dengan berita palsu dan bahkan mengekspolitasi korban bencana ini. Sikap dan sifat yang tidak terpuji di negeri yang selalu melaungkan Bhinneka Tunggal Ika. Stop politisasi berita gempa, stop eksploitasi korban bencana yang menyedihkan ini.

Senin pagi (6/8) saya tidak bisa menghubungi keluarga di Mataram dan Sumbawa. Telepon rumah sepertinya putus karena tidak berdering sama sekali, demikian juga telepon selular banyak yang tidak aktif mungkin gara-gara mati lampu sehingga baterainya habis. 

Ada nomor kontak yang bisa tersambungkan tetapi tidak diangkat, kemungkinan mereka sedang berjibaku membantu saudara-saudara yang lain yang rumahnya rusak.

(Dok. Jawapos.id)
(Dok. Jawapos.id)
Beberapa teman di Lombok bercerita bahwa gempa kali ini lebih parah karena banyak rumah yang roboh, mobil berjalan sendiri bahkan terpelanting, rumah ibadah banyak yang rusak. "Lombok bergoncang kuat sekali," kisahnya.

Dari beberapa informasi hari ini, banyak warga yang terluka bahkan meninggal dunia. Kita semoga berharap semoga segera adanya tindakan recovery untuk mengantisipasi banyaknya warga yang traumatik.

Mensikapi petaka ini, setidaknya kita doakan yang terbaik, bukan memperkeruh dengan berita palsu apalagi menyalahkan pemimpin negara dan juga kepala Daerah yang juga tidak menginginkan semua itu terjadi. Dua kali gempa besar selang seminggu di Lombok, terjadi dengan begitu cepat di depan mata kita semua, jelas akibat faktor alam, dimana adanya pergeseran pada patahan lempeng bumi. 

Apa yang terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB), kita ambil hikmahnya dan ini semua adalah ujian bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Pulau Lombok, Bali, dan Sumbawa yang merasakan berdampak langsung dengan petaka ini.(*)

Sekadar berbagi untuk menumbuhkan empati kita dan mari berdoa untuk saudara kita di NTB.

Kl: 06082018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun