Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Di Mana Saya Ketika Soeharto Lengser?

21 Mei 2018   20:02 Diperbarui: 21 Mei 2018   20:47 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini dua puluh tahun yang lalu, Presiden kedua RI Soeharto mengundurkan diri setelah 32 tahun berkuasa. Pengumuman pengunduran diri dibacakannya di Istana Merdeka pada pukul 09.00 WIB. Pertanyaannya, dimanakah saya berada ketika itu? 

Sedang main bola.

Ya, saya ingat betul, waktu itu saya dan teman-teman kos sedang bermain bola sepak di lapangan IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang). Rido, salah satu teman kami, tergesa-gesa menyusul kami dengan bersepeda. Dari jauh dia sudah berteriak, "Woi, Suharto mundur! Suharto mundur!"

Kami yang lagi asyik bermain bola awalnya tak begitu mendengar teriakannya. Begitu teman kami yang berbadan mungil itu semakin dekat, jelaslah apa yang diteriakannya. Namun kami tak lantas percaya begitu saja. Pasalnya dua hari sebelumnya dia pernah melakukan hal yang sama tetapi setengah kelakar belaka.

Waktu itu kami juga sedang bermain bola, Rido berlarian mengabari bahwa Pak Harto mundur. Kami yang percaya begitu saja langsung berhamburan pulang menuju kosan. Namun apa yang terjadi, saudara-saudara? Yang dimaksud Pak Harto olehnya adalah Pakde Harto, tukang becak tetangga rumah kos. Pakde Harto, waktu itu, pulang ke rumah diantar oleh rekan sejawatnya dalam keadaan kaki terkilir. Menurut keterangan temannya, kejadiannya bermula ketika Pakde Harto berusaha mengayuh becaknya di jalan yang menanjak namun di tengah jalan, entah kenapa, becaknya mundur dan Pakde Harto hilang kendali kemudian terjatuh.

"Jangkrik! ta'kiro Suharto sing mundur," kataku kesal.

"Lho aku gak salah, lho!"

"Cuk!" kami misuh berjamaah.

Karena kejadian dua hari lalu itulah kami tak lantas percaya begitu Rido membawa kabar yang sama. 

"Tenan, rek, aku gak bohong," katanya dengan nafas tersengal, berusaha meyakinkan kami. "Kalau gak percaya, lihat aja tuh di jalanan, mahasiswa sudah mulai bergerombol sambil teriak-teriak merdeka,"

Melihat wajahnya yang serius kali itu, kami tergoda juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun