Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung selama bertahun-tahun, menyebabkan penderitaan besar bagi rakyat Ukraina dan dampak global yang signifikan. Namun, baru-baru ini, upaya diplomatik semakin intensif, terutama dengan pertemuan pejabat tinggi Amerika Serikat dan Rusia di Riyadh, Arab Saudi. Pertemuan ini menjadi sinyal bahwa ada peluang untuk mengakhiri konflik melalui jalur damai, yaitu dengan cara negosiasi.
Pemerintahan Presiden AS saat ini menunjukkan kesiapan untuk melanjutkan pembicaraan dengan Rusia guna mencari solusi damai bagi perang di Ukraina. Dalam pertemuan selama empat setengah jam di Riyadh, Rusia kembali menegaskan tuntutannya, terutama terkait status keanggotaan Ukraina di NATO.
Bagi Rusia, Ukraina yang bergabung dengan NATO adalah garis merah yang tidak bisa dinegosiasikan. Di sisi lain, AS menyadari bahwa perang ini harus segera diselesaikan, terutama mengingat dampak ekonomi dan politik yang ditimbulkannya. Hal ini menandakan bahwa Washington memiliki kepentingan strategis dalam mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.
Tuntutan Rusia kepada NATO.
Rusia bersikeras bahwa kehadiran pasukan NATO di Ukraina mengancam keamanan nasionalnya. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menegaskan bahwa negaranya tidak akan membiarkan aliansi tersebut beroperasi di Ukraina dalam bentuk apa pun.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, juga menambahkan bahwa NATO harus menarik kembali janji yang diberikan pada pertemuan puncak di Bucharest tahun 2008 terkait kemungkinan keanggotaan Ukraina. Jika tidak, menurutnya, ketegangan di Eropa akan terus berlanjut.
Salah satu aspek menarik dari perundingan di Riyadh adalah absennya Ukraina dalam negosiasi tersebut. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, memilih untuk tidak menghadiri pertemuan itu, menegaskan bahwa pembicaraan mengenai masa depan Ukraina harus melibatkan negaranya.
Pemerintah Ukraina menekankan bahwa solusi damai harus mencerminkan keinginan rakyatnya dan mempertimbangkan dukungan dari negara-negara Eropa lainnya, termasuk Turki, yang sebelumnya telah menawarkan diri sebagai mediator. Ada kekhawatiran bahwa negosiasi ini lebih menguntungkan Rusia dan mengorbankan kepentingan Ukraina.
Penasihat Keamanan Nasional AS menyatakan bahwa perundingan ini bertujuan untuk mencapai solusi jangka panjang, termasuk membahas jaminan keamanan dan batas-batas wilayah. Menteri Luar Negeri AS juga menekankan bahwa perdamaian harus dicapai melalui kompromi dari semua pihak yang terlibat dalam pertempuran.
Sebagai langkah awal, tim negosiator dari berbagai negara akan mulai menyusun peta jalan untuk mengakhiri konflik, termasuk pemulihan hubungan diplomatik antara Washington dan Moskow. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat tercapainya solusi yang menguntungkan semua pihak.