Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membayangkan Ibu Iriana Joko Widodo Sebagai Ibu Negara

21 Maret 2014   00:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 3173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : antaranews.com

Setelah seminggu ini, energi kita terkuras untuk membicarakan pencapresan Jokowi dan Perjanjian Batu Tulis, kini saatnya kita melihat Jokowi dari sisi yang lain.

Kita masih sepakat, "Di balik pria hebat, pasti ada wanita hebat dibelakangnya!" Dalam keriuhan pencapresan Jokowi, kita tak boleh melupakan peran besar ibu Iriana Joko Widodo di belakang, hingga membuat Jokowi disenangi dan digandrungi publik saat ini.

Ya, Ibu Negara juga berperan besar terhadap kemajuan negara dan bangsa. Kita masih ingat dulu betapa besar peran ibu Tien Soeharto di jamannya, mungkin pada saat itu, banyak perempuan yang mengidolakan dan ingin di posisi ibu Tien Soeharto. Karyanya masih kokoh berdiri sampai saat ini, Taman Mini Indonesia Indah.

Itu sebabnya saat masih berlangsung keriuhan ini, saya mengajak kompasiana melirik sosok seorang ibu yang sangat sederhana, murah senyum dan humble (maaf mba ifani, saya menggunakan istilah bahasa inggris, karena agak susah padanan bahasa Indonesianya, haha). Sebenarnya saya kurang layak membahas ibu Iriana ini, sebab saya tidak kenal, saya hanya melihat dari televisi, tetapi bagi saya tidak ada salahnya memberikan sedikit gambaran yang terlihat sejauh ini dari sudut pandang saya.

Ibu Negara adalah simbol. Maka penting juga bagi kita untuk lebih peduli, siapakah Ibu Negara kita yang berikutnya?

Membayangkan ibu Iriana menjadi Ibu Negara, membawa saya pertama pada keteduhan wajah ibu Iriana. Ketika kita melihat ibu Iriana ada rasa damai, ada senyuman yang tulus, ada semangat yang terpancar. Wajah ibu Iriana dapat menggambarkan ketulusan hati yang dalam, pembawaannya tenang, tatapannya penuh arti. Saya membayangkan ketika Jokowi sampai di rumah, apapun masalah yang dihadapi diluar sana, seberapa capekpun badannya melakukan aktifitas setiap hari, begitu sampai di rumah, di sambut istri tercinta, saya yakin, seketika menjadi pulih, segar kembali begitu melihat keteduhan wajah istrinya. Apalagi istrinya rutin membuatkan jamu temulawak setiap hari.

1395310707428492880
1395310707428492880
Sumber foto : ahok.org

Saya tidak sedang jatuh cinta kepada istri capres kita ini, sebab beda-beda tipis, sebelas duabelas dengan istri saya di rumah. Sepertinya rugi, sepertinya ada yang hilang dalam satu hari kalau belum bertemu dengan istri, apalagi disambut dengan senyumannya. Berapa banyakpun utang di luar sana, lunas seketika, haha.

Membayangkan Ibu Iriana sebagai Ibu Negara, membawa saya ke sudut yang lain, yaitu ketika dia menyapa warganya, ada harapan yang dibawa, ada senyuman yang dibagi, sehingga setiap kali warganya bertemu dengannya suatu saat, saya yakin warga akan merasa tenang, seberat apapun beban yang sedang dialami warganya. Saya teringat kemarin ketika banjir Jakarta, Ibu Iriana, ikut membagikan bantuan kepada warga, setelah sekian banyak dibagikan, warga baru sadar, orang yang membagikan itu ternyata istri sang Gubernur Jokowi, menyadari itu, warga yang tersadar kemudian meminta maaf, karena tidak mengenalinya. Itu menjelaskan kepada kita bahwa ibu yang satu ini begitu bersahaja, sederhana dan humble.

Saya membayangkan Ibu Iriana ini akan membawa harapan baru kepada ibu-ibu, mereka akan mendapatkan motivasi, apalagi kalau dilihat dari latar belakang mereka dari rakyat biasa hingga menjadi Istana satu. Saya juga membayangkan tidak ada jarak antara warga dengan Ibu Negara, ketika Ibu Jokowi melakukan kunjungan ke daerah-daerah, dan saya membayangkan Ibu Irianan akan selalu tersenyum dengan tulus, hingga membawa kedamaian kepada rakyatnya. Sebenarnya rakyat tidak menuntut terlalu banyak dari pimpinannya, senyuman yang tulus dan kedekatan itu jauh lebih penting dibanding dana Bantuan Langsung Tunai (BLT).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun