Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Alasan Kenapa Kita Bekerja dan Menjadi Konsumtif

14 Mei 2022   09:00 Diperbarui: 14 Mei 2022   18:34 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan yang bekerja di perkantoran | mangoapps.com 

Hal inilah kemudian yang mengakibatkan mengapa begitu banyaknya tindakan-tindakan yang mengarah pada kecenderungan konsumerisme di dalam masyarakat.

Sifat konsumerisme ini tidak terbatas pada berbagai macam ataupun bentuk komoditas yang ada di dalam masyarakat atau tidak terbatas pada hal-hal tersier saja, namun menyasar pada semua hal seperti kebutuhan primer, sekunder, dan khususnya tersier. Komoditas-komoditas yang ada dalam masyarakat, khususnya yang berkenaan dengan nilai keinginan pada dasarnya mengarah ke segala sesuatu yang sebetulnya tidak diperlukan oleh orang banyak.

Komoditas menjadi aspek penting dalam prinsip dan ideologi kapitalis (Lebfevre, 2015), karena komoditas adalah kunci dari bagaimana kapitalisme menjarah segala macam cara berpikir, dan kemudian mengarahkan kita untuk mengubah rasa objektif dan menempatkan segala bentuk rasa subjektif kita sebagai manusia secara lebih dalam ketika kita melakukan tindakan ekonomi ataupun tindakan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.

Hal inilah yang pada akhirnya juga memunculkan banyak tindakan yang dinilai salah, khususnya ketika kita bertemu dengan berbagai kemungkinan mampu menciptakan berbagai pengaruh karena adanya pengaruh terlebih dahulu dari masyarakat sekitar, yang mana mungkin saja terpapar dengan adanya keharusan bagi sebuah komoditas yang harus dikonsumsi oleh banyak orang. Kampanye mengenai komoditas ini pun sebetulnya adalah sebuah yang kosong.

Disebut kosong karena berbagai komoditas tersebut merupakan benda mati, namun menjadi punya makna dan nilai karena komoditas-komoditas ini dilekatkan dengan pesan serta gaya komunikasi yang mencolok. 

Di beberapa kasus kita bisa menemukannya dari berbagai iklan yang ada di media, baik itu media massa maupun digital. Iklan-iklan inilah yang memunculkan tindakan dari kita yang akhirnya mampu menciptakan perilaku konsumerisme itu.

Konsumsi sebuah produk memang kebanyakan didasari pada sebuah selera tapi selera ini pun pada akhirnya bisa saja menjadi sebuah bumerang, karena pada akhirnya banyak orang yang justru menyesal.

Sebab, sifat konsumerisme sudah terlebih dahulu menjamah sisi logis dan pada akhirnya mensubjektifikasi sikap kita dalam mengkonsumsi sebuah produk dan cenderung menegasikan sisi realistis dalam hal ekonomi serta tindakan konsumsi itu.

Pada akhirnya, kita bisa menyimpulkan bahwa kita bekerja dan menyambung hidup karena adanya alasan sosial politis yang telah melekat kuat sejak lama.

Fungsi kita sebagai manusia yang dijewantahkan dalam rupa bekerja itu tidak lah semata-mata karena kita perlu bekerja, tapi karena kita harus menghidupi norma yang berlaku sejak lama itu. Pada akhirnya kita menyadari juga, bahwa dengan bekerja kita mengiyakan kapitalisme dan konsumerisme itu sendiri.

Lalu, apakah dengan bekerja berarti kitaa salah sebagai manusia? Jawabannya tentu saja tidak. Berdasarkan data dan seluruh yang sudah dijabarkan tadi, bekerja adalah suatu cara agar kita menjadi mulia, karena dengan bekerja kita bisa berkontribusi, meski dampaknyaa berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun