Dalam sejarahnya, istilah ini sudah dikenal luas sejak lama, namun baru terdengar gaungnya sejak revolusi industri meletus di dekade 1700-an.
Secara sederhana, Karl Marx berusaha melihat bagaimana proses dari terbentuknya suatu pola konsumsi manusia yang bertujuan untuk dapat memenuhi segala macam kebutuhan mereka.
Namun, kebutuhan yang tadinya bergantung pada berbagai hal-hal dasar itu berubah ke berbagai kebutuhan yang sifatnya lebih konsumif dan tidak memikirkan esensi dari kegiatan konsumsinya, atau mudahnya perlahan banyak orang mulai memiliki kebutuhan yang sifatnya tersier.Â
Perubahan akan kebutuhan ini di fase selanjutnya akan bertemu dengan bentuk-bentuk komodifikasi pekerja, fetisisme dan peran serta agensi iklan sebagai alat kampanye konsumtif.
Menurut Lee (2013), Karl Marx sebagai tokoh utama yang melihat fenomena ini kemudian menjabarkan sebuah konsep, bahwa manusia itu pada hakikatnya digambarkan sebagai makhluk hidup yang unik.
Alasan mengenai keunikan ini di karenakan hasil observasi Marx, di mana manusia diberkahi kemampuan untuk dapat mengolah dan juga memanfaatkan sumber daya alam serta bisa beradaptasi dengan kondisi dan lingkungan alamnya secara baik.
Marx melihat bahwa manusia itu adalah spesies atau makhluk hidup yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara bijak dan pemenuhan kebutuhan inilah yang pada akhirnya dilihat oleh Marx bahwa manusia adalah spesies yang sangat diberkati, karena manusia diberikan kecakapan ontologis atau kecerdasan otak yang pada akhirnya membuat manusia bisa mengolah alam dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Lee, 2013).
Kecerdasan ontologis yang dimiliki oleh spesies manusia inilah yang pada akhirnya sangat mempengaruhi bagaimana perjalanan sejarah dari manusia tersebut (Lefebvre, 2015).Â
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup seorang manusia, Marx juga melihat bahwa ada suatu hal yang pada akhirnya membuat kebutuhan yang diinginkan oleh setiap orang itu justru pada hari ini bergeser menjadi sebuah kebutuhan yang sebetulnya tidak terlalu penting untuk dipenuhi. Â
Pemenuhan kebutuhan yang tidak terlalu penting dari banyak orang inilah yang kemudian dilihat oleh Marx sebagai sebuah ciri khas dari kapitalisme (Suseno, 2013).Â