Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Berita Pemerkosaan di Bingkai Selayaknya Stensilan

13 Oktober 2021   08:00 Diperbarui: 13 Oktober 2021   11:42 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengenai tindakan pemerkosaan | suara.com

Ilustrasi mengenai framing media | komunikasipraktis.com
Ilustrasi mengenai framing media | komunikasipraktis.com

Ketika dihadapkan dengan suatu isu, media melalui pekerjanya akan memberikan atensi tertentu pada fokus yang sudah terbentuk di kerangka berpikirnya. Kemudian pekerja media akan menghasilkan produk yang sesuai dengan frame tersebut. 

Jika suatu pekerja media memiliki framework yang positif, maka hasil produk media menjadi positif. Namun, jika pekerja media memiliki framework negatif, maka produk media yang dihasilkan kemungkinan juga negatif.

Hasil analisis dan pembahasan*

Dalam artikel ini, penulis menganalisis 12 berita dari tiga portal berita, di mana di dalam satu portal berita akan ada empat berita dengan topik pemerkosaan yang menjadi fokus pada analisis artikel ini. 

Ketiga portal berita yang penulis pilih didasarkan pada hasil survei pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga survei media, Alexa. Tiga portal berita yang menduduki tiga peringkat teratas lah yang penulis pilih untuk melihat tensi pemberitaan terhadap isu pemerkosaan.

Penulis akan menggunakan metode analisis framing, dengan pendekatan model dari Pan dan Kosicki (Eriyanto, 2005) untuk mencari tahu dan menganalisis kalimat-kalimat yang terkait dengan tensi pemberitaan yang disajikan dalam tiap-tiap artikel. Analisis teks akan difokuskan pada aspek judul dan isi berita, di mana penulis akan berusaha untuk mencari kata-kata hiperbolik yang kerap kali digunakan sebagai pemanis oleh media online untuk mendramatisir cerita.

Berdasarkan keseluruhan berita yang telah penulis analisis, penulis mendapatkan fakta bahwa media-media besar nyatanya belum cukup mengerti etika dan hukum yang seharusnya dipakai dalam melakukan peliputan dan penulisan berita mengenai perbuatan serta permasalahan asusila, seperti kasus pemerkosaan. Kasus kekerasan seksual kebanyakan digambarkan secara detail dan cukup mengganggu privasi dari korban yang mengalami tindakan pemerkosaan.

Total dari 12 berita yang telah dianalisis, penulis mendapatkan bahwa sembilan berita di antaranya sangat frontal dalam menggambarkan kronologi kejadian pemerkosaan. Hal tersebut dapat ditemukan dari penjabaran wartawan dalam menggambarkan kronologi kejadian secara detail, mulai dari bagaimana korban dan pelaku bertemu; bagaimana cara pelaku mempengaruhi korban, di mana tempat dilakukannya hubungan asusila; alasan pemerkosaan; dan lain sebagainya.

Penjelasan kronologi yang detail dari setiap berita juga ditambah dengan penggunaan kata-kata hiperbolik yang justru semakin mendeskreditkan korban pemerkosaan. Munculnya kata-kata hiperbolik seperti  "digarap"; "melampiaskan nafsu bejat"; "bokong"; "paha mulus"; "mencabuli"; "digagahi"; "rudapaksa"; dan lainnya, adalah serangkaian kata-kata hiperbolik yang kerap penulis temukan dari masing-masing berita yang bermasalah.

Selain itu, ada sekitar tiga berita yang menggunakan kata ganti untuk korban dengan nama bunga, seperti "mawar" dan "melati". Kehadiran kata ganti untuk menutupi nama korban, yang seyogyanya rancu dan cenderung merendahkan kedudukan korban pemerkosaan, semakin membuktikan bahwa korban dalam berita-berita tersebut dibingkai sebagai objek yang rendah dan justru cenderung mendapatkan persekusi psikis secara tidak langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun