Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Melestarikan Kemiskinan di Layar Kaca

22 September 2021   08:00 Diperbarui: 24 September 2021   09:01 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengenai eksploitasi kemiskinan di televisi | Tirto.id

Teori strukturasi memahami bahwa suatu agensi dapat meninggalkan dan menentang pada suatu struktur yang berlaku. Dengan demikian, suatu agensi dapat memiliki peluang atau kesempatan untuk keluar dari ketentuan yang ada dalam sebuah struktur. Sederhananya, suatu agensi dapat mengubah “nasibnya”. Dengan demikian, strukturasi adalah serangkaian hubungan sosial dalam proses kekuasaan yang diorganisasikan antara kelas yang memiliki hubungan satu sama lain.

Dalam berbagai acara reality show di televisi yang memanfaatkan kemiskinan sebagai komoditasnya, di sini kita dapat dengan jelas dan mudah dalam menganalisis serta memahami berbagai bentuk eksploitasi terselubung pada kemiskinan dan marjinalitas, melalui pendekatan konsep komodifikasi serta strukturasi. Di sini, penulis akan menggunakan satu contoh tayangan reality show yang mengeksploitasi kemiskinan untuk mendapatkan keuntungan.

Mikrofon Pelunas Hutang, salah satu acara reality show yang mengeksploitasi kemiskinan | kaskus.co.id
Mikrofon Pelunas Hutang, salah satu acara reality show yang mengeksploitasi kemiskinan | kaskus.co.id

Salah satu tayangan reality show tersebut adalah Bedah Rumah. Merujuk pada Arya et al (2013: 176), Bedah Rumah adalah salah satu program reality show milik stasiun televisi swasta Global TV (sebelumnya RCTI). Acara ini memiliki tujuan untuk membantu mereka yang berkekurangan dengan cara merenovasi rumahnya menjadi layak huni hanya dalam satu hari. Sebagai reality show, Bedah Rumah juga menghadirkan public figure yang bertugas sebagai pemandu acara.

Selain melaksanakan fungsinya sebagai pemandu acara, public figure dalam acara tersebut juga berperan sebagai seorang live storyteller, di mana mereka harus tinggal bersama dengan keluarga yang bersangkutan selama beberapa hari untuk merasakan berbagai bentuk kehidupan, perjuangan, dan kesukaran yang mereka alami. Di sini, mereka juga bertugas mengobservasi dan menceritakan ulang bagaimana kondisi dari lingkungan dan hunian keluarga yang ditumpangi.

Di akhir masa menginap, sang pemandu acara kemudian akan memberitahukan kepada keluarga yang bersangkutan, bahwa mereka berhak mendapatkan bantuan dari pihak penyelenggara acara untuk direnovasi rumahnya. Pada saat proses renovasi rumah, pemandu acara akan mengajak keluarga tersebut pergi bertamasya dan tinggal di hotel mewah selama beberapa hari. Setelah itu, keluarga tersebut akan pulang dan melihat rumahnya yang telah selesai direnovasi.  

Bedah Rumah pernah menjadi salah satu program acara reality show milik Global TV yang cukup sukses. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dijabarkan oleh Mulyadi (2018), yang menyebutkan bahwa Bedah Rumah di tahun 2018 lalu berhasil menyabet rating yang cukup baik menurut pemeringkat Nielsen, yakni sebesar 5,4 persen, dengan share sebesar 25 persen, dan menjadi tayangan yang paling sering mendapat jatah siaran prime time

Masih dari sumber yang sama, acara-acara prime time dalam banyak siaran televisi bisa mendapatkan slot iklan sekitar 10-30 sesi, dengan harga Rp 50 juta/iklannya (yang termurah). Bisa dibayangkan, berarti, kemungkinan dalam satu kali siaran acara reality show macam Bedah Rumah saja bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1,5 miliar per episodenya. Dan ini belum ditambah dengan berbagai sponsor lain yang tidak tercantum dalam iklan komersial.

Meski mendapatkan keuntungan yang besar dari berbagai keistimewaan yang dimiliki, namun acara reality show macam Bedah Rumah adalah keniscayaan dari bentuk eksploitasi kemiskinan yang tidak berkesudahan. Kemiskinan dikomodifikasi menjadi konten yang bisa konsumsi oleh khalayak luas, di mana sesuai dengan temuan data di atas, semakin banyak disaksikan, maka akan semakin menguntungkan pula suatu acara dan production house yang membuat program tersebut.

Sebagai contoh, pada Bedah Rumah episode 119 yang tayang di kanal Youtube Global TV pada tanggal 5 September 2018 lalu misalnya, Indra adalah salah satu peserta Bedah Rumah yang berprofesi sebagai pedagang makanan kecil yang beruntung mendapatkan bantuan untuk direnovasi rumahnya. Namun, untuk bisa “mendapatkannya”, Indra dan segenap anggota keluarga harus dengan rela memperlihatkan semua bentuk kesukaran dan kesengsaraannya.

Episode ini terbagi dalam empat babak. Penulis akan berfokus pada babak satu dan dua yang paling banyak mepresentasikan kemiskinan. Pada babak satu misalnya, komodifikasi terhadap kemiskinan yang dimiliki oleh Indra dan keluarganya terlihat dari beberapa hal, mulai dari ketidakmampuan mereka dalam mencukupi kebutuhan harian; hingga ketidakmampuan mereka dalam memenuhi keperluan obat Indra yang sedang mengidap penyakit “saraf”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun