Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Balik Kelezatan dan Keramahtamahan Sebuah Warmindo di Jogja

1 Juni 2020   08:04 Diperbarui: 2 Juni 2020   22:18 8822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu Warung Burjo di daerah Yogyakarta.(shutterstock via KOMPAS.com)

Jam operasional Warmindo yang terkenal dengan 24 jam tanpa henti mungkin sudah tidak jadi pemandangan yang asing bagi warga Yogyakarta. Namun, di balik jam opersional tanpa henti itu, berbagai macam masalah pun pada akhirnya mulai banyak bermunculan ke permukaan.

Nana menjelaskan, saat Yogyakarta menerapkan status darurat klitih, banyak dari penjaja Warmindo termasuk dirinya yang mendapatkan shift malam harus terus merasa was-was karena Nana bisa saja menjadi incaran bagi kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab. 

Namun, di balik semua rasa was-was tersebut, Nana menceritakan bahwa Warmindo beserta isinya adalah salah satu tempat yang harus dilindungi oleh warga masyarakat sekitar.

Warmindo tidak hanya menjadi tempat makan saja, tetapi juga menjadi tenpat interkasi sosial yang ramah dan terjangkau bagi siapa saja termasuk warga masyarakat, di mana mereka bisa saling beramah tamah dan membicarakan berbagai macam isu yang sedang terjadi. 

Saat Yogyakarta menggaungkan status darurat klitih, banyak dari warga masyarakat sekitar yang kemudian bersepakat untuk melindungi semua aset lingkungan, termasuk Warmindo tempat Asep dan Nana bekerja.

"Jadi kalau kita itu merasa aman lah kaerna warga di sini saling gotong royong untuk bantu satu sama lain. Saya pun jujur masih takut kalau ya amit-amit saya di-klitih dan warungnya dirusak. Tapi saya merasa lebih aman karena warga masyarakat juga kompak untuk bener-bener menjaga Warmindo kita dan pasti akan gotong-royong untuk nangkap pelakunya, jadi ibaratnya kayak warga yang akan bertindak," tutur Nana.

Selain masalah di atas, masalah hunian bagi penjaja Warmindo juga menjadi suatu perhatian yang tak luput oleh penulis. Warmindo tempat Asep dan Nana bekerja serta tinggal, keadaannya tak cukup layak.

Meski kenampakan beranda dari Warmindo mereka terlihat luas dan lega, namun kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan tenpat cuci piring harus saling berbagai ruang satu sama lain. 

Kamar tidur yang ada di Warmindo mereka hanya berukuran sekitaran 2 X 3 meter dan mereka masih harus berbagi tempat dengan area kerjanya. Masalah ini belum di tambah dengan persoalan air mampet, panasnya hawa udara dan juga persoalan hewan pengerat seperti tikus yang suka mengganggu di bagian belakang Warmindo mereka. 

Meski hidup dalam keadaan yang demikian, Asep dan Nana merasa cukup bersyukur karena pemilik yang sekaligus juga menjadi atasan mereka, memberikan begitu banyak keringanan dan bentuk-bentuk apresiasi serta perhatian yang baik.

Sebagai contoh, untuk persoalan makan, Asep dan Nana bisa menyantap apapun secara gratis dan tidak dihitung ke dalam gaji mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun