Mohon tunggu...
Thomas Je
Thomas Je Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis yang ingin ditulis

There's no Superman.....\r\n\r\n...menulis yang ingin ditulis....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penyintas (Covid-19) adalah Kawan, Stigma adalah Lawan

18 Maret 2021   12:17 Diperbarui: 18 Maret 2021   16:12 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyintas Covid-19 butuh dukungan dari orang sekitar untuk bisa cepat pulih.| Sumber: SHUTTERSTOCK/irem01 via Kompas.com

Karena saya mengalami sendiri, saya akan menyampaikan apa yang saya tulis ini berdasarkan fakta dan objektif.

Kita semua mungkin takut dengan penyakit ini. Namun banyak pula di antara kita yang lebih memilih untuk membohongi diri dengan berkata bahwa penyakit ini hoax, saya tidak takut, ini konspirasi dan lain sebagainya. Apalagi ditambah opini yang tidak jelas sumbernya berseliweran di media sosial. 

Izinkan saya berbagi tentang pengalaman pribadi saya. Penyakit ini benar-benar nyata! Selain saya alami sendiri, ada beberapa kenalan saya yang terdampak penyakit ini, beberapa ada yang meninggal setelah dirawat berhari-hari, ada juga yang meninggal dalam hitungan jam. Bahkan para pesohor/artis dan pejabat pemerintah pun beberapa meninggal karena terinveksi virus Covid-19 ini.

Bagaimana dengan saya?

Saya berada di rumah sakit selama 16 hari dan 6 harinya saya habiskan di Ruangan ICU khusus pasien terinfeksi berat oleh Covid-19 ini. Saya didiagnosis dengan kondisi sedang hingga berat karena komorbid hipertensi. 

Awalnya ketika saya merasa demam selama 2 hari (di atas 38 derajat Celsius) dan dilarikan ke IGD rumah sakit. Dokter menyatakan saya terinfeksi ringan, setelah melihat rontgent paru-paru. Sebelumnya saya melakukan swab antigen dan dinyatakan reaktif positif, kemudian swab PCR di RS dinyatakan positif.

Bagaimana rasanya?

Terutama saat di ruang ICU, saya merasakan seperti di antara hidup dan mati. Saya sempat di antara sadar dan tidak selama beberapa kali. Saat-saat setelah kehilangan kesadaran itu lah, saya berpikir bahwa ini bisa jadi napas terakhir saya. 

Penyakit ini sungguh berbahaya, bila tidak ditangani dengan baik, nyawa kita yang jadi taruhan. Selama itu saya tidak bisa tidur sama sekali, napas dibantu alat oksigen yang mengalir deras 24 jam, karena setelah 5 hari di ruangan biasa, saturasi oksigen saya semakin menurun di bawah 90% hampir 80%.

Alat yang membantu pernapasan saya ini masih di bawah ventilator, namun di atas scoop.

Setiap harinya saya menghabiskan belasan jenis obat. Sarapan saya adalah 3 pil antivirus, 1 pengencer darah, 1 obat lambung, 1 buah pil anti radang, belum termasuk suntikan dan infus. Setiap kali sesi suntik saya minimal disuntik 3 kali, infus antibiotik 1,5 botol 2 kali per hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun