Mohon tunggu...
Tholut Hasan
Tholut Hasan Mohon Tunggu... Guru - Maaf

Maaf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempertanyakan Kemaksuman Nabi Daud

15 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 15 Juni 2019   08:05 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam satu keterangan, Nabi Dawud mempunyai istri 99. Nabi Sulaiman merupakan putra dari istri yang ke 17. Dalam satu kisah meskipun Nabi Dawud mempunyai istri sebanyak 99 beliau pernah jatuh hati pada seorang wanita. Namun wanita itu sudah punya suami. Lalu Nabi Dawud ingin mengawininya, setelah suaminya mati dalam peperangan yang diperintah Nabi Dawud. 

Suatu hari, Nabi Dawud beribadah di masjid. Tiba-tiba datang dua laki-laki meminta keputusan kepada Nabi Dawud akan satu permasalahan. Saat itu, pintu masjid masih terkunci dari dalam, hingga terpaksa laki-laki itu naik ke atas untuk memasukinya demi satu keputusan. Saat bertemu dengan Nabi Dawud, terjadilah dialog diantara mereka;

"Begini, si fulan mempunyai 99 ekor kambing. Dan saya hanya memiliki satu ekor kambing. Tapi si fulan meminta kambingku yang hanya satu. Padahal dia sudah memilki 99 ekor. Bagaimana keputusan Anda? Lalu Nabi Dawud memerintahkan si fulan untuk mengembalikan satu kambing tersebut.
Tidak lama dari itu, terlintas dipikiran Nabi Dawud, bahwa perpermasalahan yang dialami dua orang tersebut, sama seperti yang dialaminya, yakni meminang wanita yang sudah dipinang orang lain, yang mana dia hanya punya satu istri. 

Sedangkan saat itu Nabi Dawud sudah memilki 99 istri. Tidak lama dari itu, Nabi Dawud langsung beristighfar kepada Allah, sebagaimana yang diinstrumenkan dalam al-Quran;
 
"Maka Kami ampuni baginya (Nabi Dawud) kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS Shad;[38]:25)

Dari cerita ini bisa diambil pemahaman, bahwa Nabi Dawud meminta ampunan kepada Allah karena dirinya mengaku telah berbuat kesalahan. Namun, yang membuat penulis disini agak janggal, kenapa Nabi Dawud memohon ampunan kepada Allah, padahal dirinya terjaga dari dosa (maksum). 

Mungkinkah Nabi Dawud itu tidak maksum? Kalau memang maksum, bagaimana kejelasannya? Sebelumnya kita wajib seyakin-yakinnya, bahwa semua Nabi mempunyai sifat maksum. Imam Syuyuti menanggapi ayat di atas menjadi dua bagian. 

Pertama, Isytighal bil Ibadah 'Anil Hukmi (sibuk beribadah sampai meninggalkan hukum). Artinya Nabi Dawud memohon ampunan karena beliau sangat khusuk ibadah dalam masmasjid. Lalu dua laki-laki datang meminta keputusan, meskipun keduanya harus menaiki pintu untuk masuk.

Letak ampunan Nabi Dawud bukan karena beliau durhaka kepada Allah, akan tetapi, karena beliau terus beribadah sampai melupakan dua laki-laki tersebut. 

Padahal saat itu Nabi Dawud menjadi Nabi dan Rasul yang kewajibannya untuk melayani umat. Sehingga Nabi Dawud memohon ampunan karena beliau lalai kepada umatnya karena khusuk beribadah.

Kedua, Isytighal bil Hukmi 'Anil Ibadah (sibuk memberikan hukum sampai meninggalkan ibadah). Nabi Dawud yang saat itu khusuk beribadah, lalu beliau tinggalkan itu untuk menolong umatnya yang meminta keputusan. Setelah selesai, beliau kembali beribadah dan memohon ampunan karena telah menduakan dan meninggalkan Tuhan.

Itu semua adalah satu cobaan yang Allah berikan kepada Nabi Dawud, apakah beliau meninggalkan hukum untuk beribadah, atau meninggalkan ibadah untuk memutuskan satu hukum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun