Mohon tunggu...
Thio Hok Lay
Thio Hok Lay Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku 'Mendidik, Memahkotai Kehidupan'

Teaching Learning Curriculum Department, Yayasan Citra Berkat, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pulihkan Bumi Kita

22 April 2021   10:04 Diperbarui: 22 April 2021   10:08 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak murid TK Sekolah Citra Berkat - Citra Indah/ dok. pri

HARI ini, tanggal 22 April 2021 diperingati secara internasional sebagai Hari Bumi (earth day) ke 51 (22 April 1970 -- 22 April 2021). Melalui tema yang diusung 'Restore Our Earth' (pulihkan bumi kita), peringatan Hari Bumi di tahun pandemi ini menjadi momentum bagi para aktivitis lingkungan hidup untuk semakin lantang dalam menyuarakan pesan-pesan ekologis dan ajakan kepada umat manusia sejagad untuk menumbuhkembangkan pola pikir dan perilaku yang lebih peduli dan ramah terhadap alam.

Diharapkan pesan dan ajakan tersebut nantinya dapat mewujud dalam tindakan konkret dalam menjaga, merawat dan melestarikan alam (bumi) beserta dengan segala isinya sebagai anugerah Tuhan kepada manusia. Apabila planet bumi sebagai tempat bagi kita untuk tinggal dan hidup (rumah) bersama dapat terjaga, terawat dan dilestarikan dengan baik niscaya akan berdampak terhadap kelestarian dan peningkatan kualitas kehidupan.

Fenomena alam yang terjadi saat ini, masih jauh panggang dari api. Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) tak kunjung usai, ditambah dengan aneka musibah bencana alam yang mendera kehidupan umat manusia, senyatanya hendak mengkonfirmasi bahwa kondisi kesehatan bumi kita sedang terganggu (sakit).  

Maraknya fenomena kerusakan lingkungan, merupakan indikator konkret bahwa kesadaran publik dalam memahami dan memaknai hakikat alam masih perlu mendapatkan ekstra perhatian secara serius. Saat ini, tak satu pun area ekosistem (darat, air, udara) yang steril dari pencemaran (polusi) sebagai dampak perlakuan manusia terhadap lingkungan hidup yang cenderung semena-mena.

Pergeseran gaya hidup yang mengarah pada hedonis materialistis, yang tak mengenal rasa cukup dan puas, telah menyudutkan alam sebagai obyek untuk dieksploitasi tanpa dipedulikan kapasitas daya dukung dan daya lentingnya. Manusia menjadi egois, rakus, dan tidak peduli lagi terhadap sesama dan kelestarian alam. Lupa bahwa Sumber Daya Alam (SDA) yang ada, jumlah dan sebarannya teramatlah terbatas.

Chapman dkk (2007) dalam bukunya yang berjudul "Bumi yang terdesak", menyatakan bahwa populasi manusia tidak hanya tumbuh secara eksponensial, tetapi gaya hidup dan pola konsumsi manusia telah mendorong munculnya teknologi yang semakin merusak lingkungan. Teknologi modern yang dikembangkan untuk mendukung pola konsumsi yang berlebihan ini telah menghasilkan bahaya lingkungan yang begitu besar, seperti berlubangnya ozon dan kemungkinan perubahan iklim akibat ulah manusia.

Fenomena pemanasan global (global warming) telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap perubahan dunia. Mencairnya es di kutub merupakan satu contoh dari dampak yang diakibatkan oleh meningkatnya suhu bumi. Bila hal ini tidak dicegah nantinya akan menyebabkan  terjadinya banjir yang akan menenggelamkan sebagian besar permukaan bumi yang kita tempati. Sebuah ancaman besar terhadap keberlangsungan hidup umat manusia dan  makhluk hidup lainnya.

Kesadaran Baru

Terkait perilaku manusia yang cenderung menciderai lingkungan, maka komitmen dan keberanian sosok Severn Suzuki, 12 tahun, yang berbicara mewakili ECO - Enviromental Children Organization di KTT Lingkungan Hidup PBB di Rio de Janeiro Tahun 1992 perlu diacungi jempol.

Berikut cuplikan pidatonya, "Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yang akan datang; untuk anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar, untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya karena kehilangan habitatnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaimana cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala. Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. Tolong, berhentilah merusaknya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun