Pertama, saya sebagai insan intelektual muda ikut berbela sungkawa dengan meninggalnya pelajar SMA 6 Jakarta.
Melanjutkan catatan harian saya yang berjudul Momok itu Bernama Pendidikan, dimana pendidikan menurut saya adalah sistem formalitas yang kaku akibat kesalahan pertama meletakkan dasar untuk melangkah kepada bagian yang suci bernama pendidikan.
Kaku, karena ruang-ruang pendidikan tempat dimana kita berhubungan secara intim dan terikat. Sangat terikat ! Kekakuan inilah yang kemudian menimbulkan pencarian ruang lain yang non-formal dan jauh dari kata kaku. Beruntunglah jika memang ruang atau lokus-lokus lainnya berdampak positif bagi individu maupun masyarakat. Namun, inilah yang terjadi dan maraknya tawuran yang tidak hanya terjadi di ibu kota menjadi bukti nyata.
Meninggalnya salah seorang pelajar akibat tawuran yang sedang hangat-hangatnya disajikan oleh media hanya sekelumit saja. Pada tataran kenyataan, berdasar pengalaman saya sebagai seorang pelajar di Yogyakarta sudah tidak terhitung berapa korban luka ringan, luka parah, dan yang meninggal selama lima tahun belakangan. Tentu data ini tidak termasuk dalam pemberitaan media.
Sudah saatnya kita sebagai insan yang berpendidikan dan sebagai warga negara berteriak. Mari Sukseskan Pencegahan Tawuran Pelajar ! Demi membangun bangsa yang cerdas.
*Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati