Mohon tunggu...
Enrique Justine Sun
Enrique Justine Sun Mohon Tunggu... Freelancer - Technical Information Student • Psychology and Philosophy Enthusiast • Organizational Activists

Jendela Pendidikan Merubah Masa Depan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keseimbangan Keadilan Sosial dan Kepemipinan dalam Buddhisme

7 September 2022   08:59 Diperbarui: 7 September 2022   09:12 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statue Of Lady Justice Jernej Furman, Flickr

5. Di dalam Buddhisme telah diajarkan prinsip-prinsip menjadi pemangku yang baik

Pada saat kita membicarakan mengenai keadilan sosial. Maka prinsip yang mengandung semua hal tersebut dengan hal ini adalah mengenai telah dilakukannya dalam struktural kepemerintahan. Yang mana juga pemerintah bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.

Di dalam Khotbah Buddha itu sendiri, Buddha banyak menyebutkan atau banyak membahas mengenai hal tersebut salah satunya dapat kita dengar atau dapat kita lihat didalam Sutta ke 5 khotbah panjang (Diskusi Panjang).

"Pada zaman dahulu, ada seorang Adipati bernama Mahavijita yang memiliki kekayaan yang sungguh banyak sekali; Beliau memiliki ruang kosong yang dapat menyimpan seluruh emas dan perak serta hal-hal yang menyenangkan, berbagai barang serta hasil panen yang sangat baik; lumbung dan penyimpanan kekayaan yang sangat-sangat penuh sampai bahkan tidak diketahui Berapa banyak lagi jumlahnya."

Ada suatu ketika pada saat ia duduk seorang diri kemudian ia merenung dan kemudian Ia berpikir:

"Aku memiliki segala sesuatu yang dapat orang lain menikmati. Seluruh belahan dunia menjadi milik diri saya karena saya dapat menguasai-nya. Sesuatu hal yang sangat baik jika dapat saya lakukan upacara korban yang besar-besar guna mendukung kesejahteraan dan kekuasaan serta kekayaan saya untuk masa yang akan datang."

Kemudian Adipati Mahavijita memanggil penasehat spiritualnya dan mengatakan apa yang telah menjadi pemikirannya selama ini dengan berkata "saya akan senang sekali melakukan upacara pengorbanan yang besar sekali demi kejayaan dan kesejahteraan bahkan kekuasaan ku untuk masa yang tidak akan terhitung berapa lamanya. Katakan kepada diriku Bagaimana caranya untuk dapat melaksanakan hal tersebut?"

Kemudian Brahmana yang menjadi penasehat Adipati menjawab: "tuanku kerajaan sedang dalam masa kacau, ada perampokan yang dimana-mana (di desa-desa dan bahkan di kota-kota) yang mengakibatkan jalanan tidak lagi aman. Bilamana hal itu masih seperti itu lalu Tuanku akan menarik pajak maka Tuanku akan bertindak salah besar. Namun bilamana tuanku

mengubah cara berpikirnya dengan kemudian berpendapat akan segera menghentikan segala perampokan itu dengan cara menangkap, memberlakukan denda, melakukan pengikatan dan bahkan menghukum mati tetapi kejahatan itu tidak akan lenyap dengan cara demikian. 

Karena penjahat yang tidak tertangkap akan tetap melakukan tindak kriminal ataupun tindak kejahatan ada sebuah cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan seluruh kekacauan ini siapa saja dalam kerajaan yang hidup sebagai peternak bahkan petani, tuanku Adipati dapat memberikan konsumsi bahkan bibit tunas kepada mereka semuanya."

Siapa saja di dalam kerajaan ini yang hidup sebagai seorang pedagar, Tuanku Adipati dapat memberikan modal kepada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun