Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tradisi Membangunkan Orang Sahur

16 April 2021   13:43 Diperbarui: 16 April 2021   14:47 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tradisi Membangunkan Orang Sahur

Sahur, dilakukan oleh semua orang yang menjalankan ibadah puasa. Acara dan minum ini dilakukan pada saat dini hari. Jika ini terlewatkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mungkin tidak bisa menjalani puasa dengan baik, karena kalau tidak melakukan sahur, tenaga untuk tubuh baru akan terisi lagi pada saat berbuka puasa. Melupakan sahur akan mengakibatkan suasana tidak nyaman pada diri sendiri.

Pada awal puasa kemungkinan lupa sahur itu bisa terjadi. Pada jam tersebut kebanyakan orang masih terlelap tidur. Perubahan kebiasaan sebelum puasa dan saat puasa belum bisa diadaptasi oleh tubuh. Sehingga masih sulit untuk bangun melakukan sahur. 

Keenakan tidur membuat acara yang sangat penting itu terlupakan. Tahu-tahu sudah mendekati waktu imsak baru terbangun. Kalau makanan untuk santap sahur sudah ada mungkin tak terlalu menjadi masalah. Akan menjadi masalah yang serius kalau harus memasak dulu makanan tersebut. Semakin tersita waktunya, bisa-bisa terlambat atau malah batal sahur.

Untuk mencegah terjadinya hal itu, di kampung saya Sukarejo Jambi Selatan ada tradisi membangunkan orang sahur. Mereka yang terdiri dari remaja laki-laki akan berjalan di lorong-lorong untuk membangunkan warga yang akan melakukan sahur. "Sahur....sahur...sahur...!" itu yang mereka katakan sambil berjalan berkeliling kampung. Kadang-kadang mereka melakukan hal itu dengan bernyanyi. 

Suaranya cukup keras, sehingga warga yang terlelap bisa terbangun. Mereka juga memukul beberapa alat sederhana, yang menjadikan panggilan sahur itu berirama. Alat-alat yang digunakan adalah kaleng, botol, galon, atau kayu.  Kadang-kadang mereka juga memukul tiang listrik sebagai penanda waktu. Jumlah pukulan akan menunjukkan waktu pada saat itu, misalnya pukulan tiga kali menunjukkan pukul 03.00.  

Para remaja itu akan beristirahat sejenak di suatu tempat jika merasa lelah. Ngobrol di di pos Kamling misalnya. Kemudian mereka akan melanjutkan berjalan lagi hingga ke seluruh lorong yang ada di kampung. Warga yang berpuasa merasa sangat terbantu dengan apa yang mereka lakukan. Karena mendengar suara itu mau tak mau mereka bangun dan segera menyiapkan santap sahur. Yang mereka lakukan sederhana sekali, tetapi ternyata sangat berguna terutama para ibu rumah tangga yang melakukan ibadah puasa.

Di masa pandemi covid-19 ini, "Sahur...sahur...sahur..." tak bisa saya dengar lagi. Tak ada remaja berkeliling membangunkan orang sahur dari awal puasa sampai hari ini. Tak ada lagi bunyi-bunyian berirama dari kaleng, boto, galon, dan kayu. Tradisi ini tidak dilakukan lagi karena kerumunan massa harus ditiadakan. Keselamatan dan kesehatan tetap diutamakan. Virus corona sudah setahun mengganggu umat manusia. 

Ternyata sampai saat ini masih meraja lela di dunia. Manusia sendiri yang harus berupaya agar terhindar dari virus itu. Kegiatan yang menyebabkan kerumunan orang banyak harus dihindari. Termasuk membangunkan orang sahur juga ditiadakan. Semoga tanpa dibangunkan pun para warga yang menjalankan ibadah puasa tetap bisa menyiapkan dan melaksanakan sahur dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun