Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesan dari Arem-Arem di Masa Pra-Paskah

8 Maret 2021   12:07 Diperbarui: 8 Maret 2021   13:31 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesan dari Arem-arem di Masa Pra-Paskah

Namanya arem-arem, kalau disantap langsung menimbulkan rasa marem (senang, puas hati).  Menyantap 1 arem-arem dengan ukuran sedang bisa langsung kenyang. Makanan berbahan dasar nasi ini memang sekilas mirip dengan lemper. Bedanya, kalau lemper terbuat dari beras ketan sedangkan arem-arem dibuat dari beras biasa. Lemper hanya diisi dengan 1 jenis bahan pelengkap, bisa daging, bisa juga kelapa (serundeng). Sedangkan arem-arem terdiri dari bermacam-macam isi. Antara lain wortel, kentang, daging, cabai. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan dengan bahan sayuran yang lain, sesuai selera orang yang membuat mau pun yang akan menyantap.

Isi yang bermacam-macam dari arem-arem menimbulkan rasa baru yang bisa menjadi pilihan bagi mereka yang malas menyantap nasi dalam sebuah piring yang dilengkapi dengan sayur dan lauk. Dalam sekali gigitan, nasi, sayur, dan lauk langsung bisa dirasakan. Nasi sebagai makanan pokok, ditunjang dengan sayuran sebagai pemasok vitamin, dan lauk sebagai sumber protein, menjadi santapan yang pas untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Arem-arem ini juga sangat cocok untuk dijadikan bekal dalam perjalanan. Terutama di masa pandemi ini. Bukan berarti tak mau berbagi rejeki kepada mereka para penjual makanan di pinggir jalan, tetapi memang lebih aman jika membawa bekal sendiri. Kapan dan di mana mau makan tidak akan repot lagi. Dengan demikian ada beberapa hal yang bisa dihemat. Pengeluaran untuk biaya makan di jalan berkurang. Karena dengan makan di dalam kendaraan, mata kita tak akan tergoda dengan menu lain yang tersedia di warung makan atau di restoran. Juga tidak perlu keluar biaya parkir kendaraan.

Dalam hal waktu juga bisa dihemat, karena tidak perlu secara khusus berhenti untuk acara makan, Sambil berkendara pun bisa menikmati arem-arem itu.

Selain kepuasan jasmani, saya menemukan sebuah pelajaran dari sebuah arem-arem, yang bisa dijadikan sebagai bahan refleksi di masa pantang dan puasa ini.

Isi dari arem-arem yang terdiri dari bermacam-macam mampu menciptakan rasa baru. Masing-masing bahan makanan yang menjadi isi arem-arem melebur sehingga tidak ada rasa yang lebih dominan. Daging ayam tidak merasa bahwa dirinya memilki kelas yang lebih tinggi daripada bahan yang lain. Cabai yang kini harganya sedang melambung tinggi juga tetap tidak menonjolkan diri. Daging ayam, wortel, kentang, cabai, garam, bersatu hingga rasa arem-arem mak nyus, top markotop.

Sebuah komunitas terdiri dari beberapa orang yang memiliki latar belakang, pandangan, kesenangan, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda-beda. Hal itu akan menghasilkan energi baru yang positif jika masing-masing anggota tidak mempermasalahkan perbedaan itu. Mampu menepis keinginan diri untuk menonjol, merasa diri paling baik, paling berharga, dan paling penting. Perbedaan yang dimiliki menjadi sarana untuk saling melengkapi dan saling membantu. Sehingga apa yang dilakukan bisa bermanfaat bagi diri sendiri, bagi kelompok, syukur-syukur bagi orang lain di luar kelompoknya.

Selamat menikmati arem-arem, jangan lupa nikmati juga pesannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun