Mohon tunggu...
Theresia sri rahayu
Theresia sri rahayu Mohon Tunggu... Guru - Bukan Guru Biasa

Menulis, menulis, dan menulislah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Permintaan Paling Aneh

10 November 2017   19:29 Diperbarui: 10 November 2017   19:32 4120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Berjanjilah, padaku." Renita memandang wajah orang yang disayanginya. Sementara tatapan Abdi masih terpaku pada layar laptop di depannya yang sedari tadi terbuka.

"Berjanji ? Untuk apa ?" Ia bertanya balik tanpa melepaskan pandangannya.

"Kau akan memenuhi permintaanku." Tegasnya.

"Hmm... baiklah. Asalkan jangan yang aneh -- aneh, ya." Kini mau tidak mau Abdi gantian memandang ke arah Renita. Dipandang seperti itu, tiba -- tiba Renita menjadi kikuk. Pandangan mata Abdi yang teduh, seolah menghanyutkan semua amarah yang semula bergejolak di dadanya. Tatapan matanya menyihir seluruh tubuh Renita hingga kaku, rasanya. Dan justru inilah yang sangat ia rindukan, momen kebersamaan dengan Abdiel Pratama, seorang blogger terkenal, yang mampu meluluhkan hatinya.

Saat itu, Abdiel secara tak sengaja menemukan ide untuk menulis tentang seorang gadis yang mempunyai kemampuan supranatural, Indigo. Beberapa menit setelah ia memposting artikel di blognya, ada beberapa follower yang langsung menanggapinya, termasuk Renita Cahaya. Singkat cerita, mereka lebih intens berkomunikasi dan klik ! Kedekatan mereka menjadi sebuah hubungan pribadi yang spesial.

"Pertama, berhentilah membaca cerita atau artikel orang lain. Karena kamu bisa kehilangan identitasmu sendiri." Ungkap Renita.

"Kedua, berhentilah mengambil karakter tokoh -- tokoh yang kamu ciptakan dalam tulisanmu." Tambahnya. Raut wajah Abdiel sedikit meredup. Ia tampak kurang senang dengan permintaan Renita. Tapi, ia berusaha tetap tenang, setidaknya hingga gadis itu sudah selesai bicara.

"Ketiga, berhentilah memikirkanku." Renita setengah berbisik di telinga Abdiel.

"Apa ? Mustahil." Bantah Abdiel.

"Setelah kedekatan kita selama ini, mengapa kamu bicara begitu, Ren ?" Sesal Abdi.

"Karena, aku hanyalah satu di antara sekian banyak karakter yang kamu ciptakan." Jelas Renita.

Abdiel terburu -- buru menekan tombol "shut down"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun