Mohon tunggu...
Theresia Martini
Theresia Martini Mohon Tunggu... Pencinta Keheningan

Menulis adalah tantangan jiwa, mengalahkan diri, sejauh kaki terus melangkah ke depan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Refleksi Seorang Guru: Ketika SKL Menjadi Langit Harapan bagi Siswa

20 Juni 2025   04:41 Diperbarui: 23 Juni 2025   15:13 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Kami di Kelas pada Saat Itu (Sumber: Dokumen Pribadi)

Refleksi Seorang Guru: Ketika SKL Menjadi Langit Harapan bagi Siswa

"Masih hangat dalam lemari ingatan saya, kenangan di tahun 90-an. Saat pertama kalinya kaki ini menginjak ruang kelas yang berukuran 7x9 meter persegi -- sebuah ruang yang menjadi saksi bisu, terjadinya proses belajar-mengajar antara murid dan guru."

Sebutan 'guru' yang baru saya sandang memberikan kepastian dan legitimasi diri bahwa saat itu keberadaan saya di kelas bukan sebagai seorang siswa yang siap untuk belajar atau sebagai seorang mahasiswa yang sedang magang untuk melakukan peer teaching.

Predikat sebagai guru yang sah mengisyaratkan saya untuk mengemban tugas sebagai seorang pendidik yang akan memandu proses menumbuhkan akal budi, hati, dan keterampilan hidup dalam diri puluhan siswa yang berada di ruangan kelas.

Baca juga Puisi: Sepotong Waktu Berjalan dalam Diam

Seketika hadir degup yang bergetar dalam dada -- namun bukan karena merasa takut atau gentar, melainkan harap yang diam-diam menyelinap hangat, menyala penuh semangat dalam lubuk hati.

Kini di hadapan saya, hadir wajah-wajah asing namun terasa dekat, penuh tanya -- laksana lembaran kertas putih bersih menanti tangan-tangan terampil melukis coretan bermakna. 

Dalam hati yang demikian sunyi, membisik kata 'Kamu di sini, bukan sekadar mengajar, tetapi lebih sebagai penjaga arah jiwa-jiwa polos mereka.'

Cerita Kami di Kelas pada Suatu Hari (Sumber: Dokumen Pribadi)
Cerita Kami di Kelas pada Suatu Hari (Sumber: Dokumen Pribadi)

Menyusun Peta Harapan di Kelas dengan Membaca Tatapan Siswa

Entah mengapa, sejak hari itu, sebuah pertanyaan terus menggelitik jiwa ini, layaknya angin yang bertiup mengitari lembah sunyi bernama pikiran, "Akan saya bawa ke mana mereka dan masa depan mereka?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun