Puisi: Merajut Kepalsuan
Arus waktu mengalir deras terus berlalu
jutaan detik berputar tak ingin lagi menunggu
menitipkan setitik harapan meski berwarna semu
menenggelamkan seluruh keraguan mengharu biru
Petikan dawai hati dalam rindu yang terpeluk
mampu meyakinkan langkah diri tanpa takut terantuk
namun bisikan lembut suara sumbang merayu mulai mengetuk
menghanyutkan dirimu pada lelah merajut kepalsuan yang terkutuk
Kini dirimu terpasung melebur dalam kesunyian
bersembunyi di balik kilauan puing dosa dan kegelapan
berlayar di samudera kelam luas bertabur pekik kemaksiatan
melepas dan melupakan lembaran sumpah serta janji kesetiaan
Ikhlas melepas dirimu adalah hal terbaik bagiku
tak ingin lagi aku mencari dan mengemis rindu berlalu
meski banjir kenangan menerjang dinding hati begitu pilu
menghapus jejak kisah menyapa menjangkau bayang wajahmu
Baca juga: Perang Ketupat di Tempilang sebagai Warisan Budaya dan Kearifan Lokal Provinsi Bangka Belitung
@senimelipatluka, 25 Februari 2025
#Tulisan ke-14 Tahun 2025
#Puisi ke- 11Â Tahun 2025
#Artikel ke-3 Tahun 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI