Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Cegah Kekerasan dengan Pendidikan dalam Keluarga

25 Februari 2023   19:46 Diperbarui: 26 Februari 2023   06:14 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/LAKSONO HARI W

Berita tentang penganiayaan yang dilakukan anak seorang pejabat pajak yang kaya raya terus muncul di media sosial. Berita tersebut membuat saya menjadi introspeksi diri, bagaimana saya mendidik dan mendampingi anak-anak saya.

Benar kata Sri Paus, bahwa dunia yang damai dimulai dari rumah dari keluarga. Kata-kata ini saya pegang dalam hati saya dan saya terapkan dalam keluarga.

Mendapat bimbingan menjadi ortu yang baik
Seorang Imam pembimbing kami orang Indonesia yang tinggal di Frankfurt dan saat itu baru studi Psychologie di Frankfurt, pernah mengatakan, "Jangan sampai kamu kehilangan kesempatan untuk mengenyangkan hati mereka dengan cinta dan perhatian, paling tidak sampai usia 12 tahun, supaya kamu tidak menyesal di kemudian hari.

Romo tersebut selama studi dan membimbing kami juga banyak memberikan seminar dan bimbingan pada kami keluarga-keluarga muda. Saya bersyukur bahwa pernah mendapatkan bimbingan dan pengetahuan bagaimana mendampingi anak-anak dan keluarga. Sebagai orang tua tidak ada yang sempurna, tetapi harus mau selalu belajar. Menjadi orang tua yang baik harus memiliki kerendahan hati untuk belajar terus-menerus.

Saat itu kami sering mengikuti Wochenende Seminar, atau seminar akhir pekan untuk kami orang tua muda yang dibawakan Romo tersebut. Pada saat seminar akhir pekan anak-anak ikut serta juga. Ada panitia atau ada orang tua yang bergantian menunggui dan beraktivitas dengan anak-anak selama ortunya seminar.

Beruntung kami tinggal di Jerman, ada dana dari gereja sehingga kami sekeluarga untuk seminar akhir pekan hanya membayar sedikit sekali. Saat itu hanya 100 Euro untuk kami berempat dari Jumat sampai Minggu.

Orang tua yang penuh cinta akan mendidik anak-anak dengan cinta pula
Menurut Romo tersebut, menjadi orang tua dan pendidik yang baik orang tua tersebut harus mau dibenahi terlebih dahulu. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan dengan hati dan cinta. Patokannya ya dengan hati dan cinta.

Sayangnya banyak orang tua yang tidak memiliki hati dan cinta. Banyak faktor yang menyebabkan orang tua tidak cukup memiliki cinta. Bagaimana orang tua ini mendidik anak-anak dengan hati dan cinta kalau dia sendiri tidak memiliki.

Pertama-tama saya harus menyadari, siapa saya. Apakah saya cukup memiliki cinta?
Setelah saya renungkan, ternyata saya bukan orang yang berlimpah cinta juga dan ini berbahaya untuk anak-anak saya. Mengapa saya tidak cukup cinta dalam perjalanan hidup dan masa kecil saya? Oh...ternyata orang tua saya bapak ibu saya juga lahir dari bapak ibu yang kekurangan cinta. Ibu lahir dari 8 bersaudara dan dari keluarga guru yang sederhana susah dari segi finansiel. Ibu harus berebut cinta dan perhatian dari simbah saya dengan ketujuh saudaranya.

Bapak demikian juga lahir dari keluarga Jawa yang tidak mengenal belaian dan sentuhan. Ingat saat kecil tinggal di simbah dari bapak, saya cucunya dimarahi kalau keras-keras tertawa, karena mengganggu ketenangan perkututnya. Perkutut yang terganggu ketenangannya tidak mau manggung atau bernyanyi. Jadi perkutut lebih berharga dari pada saya cucunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun