Banyak dari penumpang di Ruhebereich ini bekerja, sibuk dengan laptopnya. Philipp juga demikian, bekerja meskipun di kereta. Sekali-sekali keluar gerbong untuk menerima telepon.
Aku pun sibuk dengan dengan tabletku, membaca tulisan teman-teman di Kompasiana, menanggapinya dan menulis. Dengan demikian, waktu tempuh yang 4 jam itu tidak terasa dan cepat berlalu.
Berkali-kali diumumkan melalui pengeras suara bahwa baik di kereta dan stasiun berlaku Drei G Regel, atau peraturan tiga G yang berarti Geimpf, Genessen und Getetstet, yang mana dalam bahasa Indonesia berarti sudah divaksin, sudah sembuh dari Covid dan menunjukan keterangan tes negatif dalam jangka waktu 24 jam, atau PCR 48 jam.Â
Selain itu harus mengenakan Medizinische Masken, yaitu jenis masker yang digunakan dokter dan perawat di saat operasi.
Atau FFP2 Masken (Filtering Face Piece) atau jenis masker yang dipakai para pekerja untuk melindungi diri dari debu-debu halus yang membahayakan kesehatan.
Ada yang berbeda dari biasanya, yaitu petugas kebersihan berseragam merah biasanya membersihkan kereta bila tujuan telah terakhir. Tetapi kali ini, kereta pun dibersihkan saat sedang berjalan.Â
Petugas kebersihan membersihkan pegangan pegangan pintu, meja dan apa saja dengan desinfektan, mengambil sampah di tempat- tempat sampah dan segera membersihkan penutup tempat sampah dengan disenfektan juga.Â
Setelah hampir tiga jam berjalan, akhirnya sampai di Bassel. Bassel merupakan kota di perbatasan Jerman dan Swiss.Â
Dari Bassel ke Zuerich kami ganti kereta dengan kereta cepatnya orang Swiss, yaitu SBB CFF FFS.
Menarik sekali untuk saya, karena nama kereta Swiss dengan tiga bahasa, yaitu bahasa Jerman, bahasa Perancis dan bahasa Italia, bahasa resmi yang dipakai di negara kecil Swiss.Â
SBB berbahasa Jerman singkatan dari Die Schweizerische Bundesbahnen AG. CFFÂ berbahasa Perancis, singkatan dari Chemins de fer federaux suisses.Â