Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Pengalaman Membantu Oma Opa Ikut Ibadat di Panti Jompo

4 November 2021   18:58 Diperbarui: 5 November 2021   20:49 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merawat lansia.| Sumber: Freepik via Kompas.com

Bekerja sukarela, membantu penghuni rumah jompo.

Pada hari Minggu, sesudah misa selesai kami tidak langsung pulang. Kami masih cerita-cerita di depan gereja. Pada kesempatan itu Herr Winter, menawari saya apakah mau membatu di Altersheim atau rumah jompo. Tanpa pikir panjang saya jawab ya. 

Sudah lama ingin membantu pekerjaan suka rela, entah itu sekadar jalan- jalan mendorong kursi roda mereka, menemani mereka bermain kartu dan permainan lainnya. Hari ini aku ditanya, tentu saja dengan senang hati.

Herr Winter mengatakan, beberapa sukarelawan dan saya nanti tugasnya membantu oma dan opa di rumah jompo untuk mengikuti misa atau ibadat. Misa bagi mereka yang beragama katholik dan kebaktian untuk mereka yang beragama kristen protestan.

Oh ya orang Jerman tidak mau dipanggil opa atau oma, bila bukan cucu mereka sendiri. Jadi meskipun usia mereka sudah mendekati 100 tahun kita memanggil Herr Mueller misalnya atau Frau Mueller. 

Tugas kami, mengajak dan membantu setiap penghuni rumah jompo untuk mengikuti misa atau kebaktian. Bila mereka bersedia, kami mendorong kursi roda mereka dari kamar mereka masing-masing ke kapel atau ruang doa yang telah disediakan.

Misa dan kebaktian diadakan sebulan sekali. Misa diadakan di rumah Jompo desa kami Dietzenbach, setiap selasa kedua jam 10.00 pagi. Misa dipimpin oleh Romo Barthon, romo paroki kami.

Minggu keempat merupakan kebaktian protestan. Kebaktian ini dipimpin pendeta Handschue, pendeta kampung kami.

Pada dasarnya yang mengikuti ibadat katholik pun belum tentu katholik dan yang mengikuti ibadat kristen pun belum tentu kristen.

Saya merasakan, kalau di rumah jompo, ibadat lebih merupakan kerinduan. Tidak peduli lagi kristen, katholik atau atheis. Ibadat ini terbuka bagi siapa saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun