Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengunjungi Anak Bungsu di St. Gallen di Masa Pandemi

17 Juli 2021   04:41 Diperbarui: 17 Juli 2021   05:17 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari setahun, tidak ke St. Gallen Swiss untuk menengok putra kami. Sejak pandemi perbatasan Swiss ditutup untuk beberapa waktu. Pada saat dibuka kembali, apabila dari Swiss atau ke Swiss harus test dan karantina. Hal-hal tersebut membuat kami enggan bepergian atau sekedar menjenguk putra kami. 

Perkulihaan atau Vorlesung online, tetapi putra kami lebih suka tinggal di Wohn -Gemeinschaf atau kostnya di St. Gallen dari pada di rumah. Di WG para student saling memotivasi dalam belajar, berbeda dengan belajar di rumah.

Mulai bulai Juli perbatasan Swiss dibuka dan kami dari Jerman tidak perlu test atau karantina lagi. Selain itu kami sudah diimunisasi atau diimpfung. Untuk itu saya mengajak dua sahabat dari Indonesia yang sedang bertugas di Frankfurt dan Mainz untuk menjenguk putraku Michael sekalian  jalan-jalan di Swiss.

Jumat siang sepulang kerja kami bertiga siap meluncur ke Swiss, sebelumnya saya mampir ke kantor ADAC (Allgemeiner Deutscher Automobil  Club / Suatu Club yang menolong apabila mobil mogok) untuk membeli Vignette Schweiz atau stiker tanda pembelian biaya pemakaian jalan tol di Swiss. Harga Vignette Swiss 38,50 Euro, berlaku satu tahun.

Akhirnya kami dengan gembira meluncur menuju Swiss melalui jalan tol A5 . Jumat sore musim liburan, plus pebaikan jalan membuat perjalanan kami lambat, kemacetan telah menghadang pada saat memasuki kota Kalsruhe. Kemacatan tidak mengganggu kegembiraan kami.  

Sambil menunggu kemacetan berkurang, kami berhenti sebentar di suatu Rastaette.  Ada yang aneh di Rastaette, karena restaurant tutup. Pemandangan ini tidak biasa, bangku-bangku dan kursi dibalik. Hanya jalan ke toilete terbuka. Biasanya di restaurant self servis makanan berjajar di balik kaca menggugah selera.  Kali ini semua tutup, sepi. Tidak heran kalau ditempat parkir orang-orang minum kopi dan membuka bekal mereka di dekat mobil mereka. Untung cuaca bagus, sehingga bisa istirahat sambil piknik. Anak-anak bermain di taman bermain, kamipun   membuka bekal nasi rendang kemangi kami. Hemm...sedap, liburan pendek kami sudah kami mulai di Rastaette ini.

Setelah istirahat sebentar kami meneruskan perjalanan,kemacetanpun berkurang. Mobil  meluncur ke arah Stuttgart, Konstanz dan St. Gallen.   Hari mulai gelap, pemandangan  indah danau Bodensee tidak kelihatan lagi, sayang sekali. Sampai di Singen, perbatasan Jerman dan Swiss, kami telah menyiapkan Paspor Indonesia dan Impfpass kami, eh...hanya ditengok saja dari kaca mobil dan jalan terus.

Dari Singen ke st. Gallen masih 108 kilometer, dengan mobil kecil kami, memerlukan waktu sekitar 1 jam 15 menit. Mbak Risa sahabatku saya minta menghubungi Michael putraku, bahwa kami sudah di Singen.  Michael baru belajar di rumah teman, tetapi satu jam lagi sudah akan pulang, jadi kalau kami sampai di WG, Michael  sudah di rumah kembali.

Terasa sekali kami telah memasuki Swiss, tulisan di papan jalan tol tidak lagi biru tetapi hijau. Di Jerman tulisan di jalan tol biru dan di jalan biasa kuning, sedangkan di jalan tol Swiss hijau dan di jalan biasa biru. Masuk Swiss beraarti memasuki wilayah pegunungan Alpen. Swiss kami sebut dengan negri seribu terowongan. Gunung-gunung ditembus dengan terowongan,  terus terang kami mengaguminya. Dari Singen perbatasan Jerman ke St. Gallen saja kami sudah melalui tiga terowongn.

Sekitar jam 23.00 kami memasuki kota St. Gallen terasa  sekali sebagai Studenten  Stadt, atau kota Mahasiswa, di mana banyak anak muda. Saat itu baru saja kesebelasan Itali memenangkan Eropa Meisterschaft,  wah ramai  sekali, meskipun hampir tengah malam. Jarang di kota Eropa terlihat banyak orang-orang muda. Kota kecil St. Gallen memang terkenal dengan Universitasnya. Universitas St. Gallen dan lebih di kenal dengan HSG atau Hochschule fuer Wirtschafts, Recht und Sozialwissenschaften, Sekolah tinggi ekonomi, hukum dan ilmu sosial. Salah satu universitas terbaik di Eropa.

Pada saat mobil kami di lampu merah, ada sekelompok orang-orang muda itu berteriak dengan gembira oh Offenbacher Auto"" oh mobil dari Offenbach"Mereka pasti student dari Jerman dan mengenali nomer mobil kami. Tentu saja kami senang sekali mendengar teriakan gembira orang-orang muda tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun