Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Misa Perayaan Pentakosta dengan Berbagai Bahasa

24 Mei 2021   19:27 Diperbarui: 25 Mei 2021   03:20 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Frankfurt di senja hari (Foto von iin assemheimer FB)

Hari ini, senin tanggal 24 mei 2021, di Jerman merupakan hari lbur, Pfingsten atau hari turunnya Roh Kudus pada para rasul atau biasa disebut Pentakosta.

Menurut kitab suci, Roh Kudus turun di mana murid-murid Yesus atau para rasul bersama bunda Maria berkumpul dan berdoa. Turunnya Roh Kudus ini ditandai dengan tiupan angin yang menderu-nderu di rumah di mana mereka berkumpul disertai lidah api yang menyala-nyala bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (Kisah para rasul 2:2). Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dengan bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu mereka untuk mengatakannya. (Kisah para rasul 2:3). Orang-orang yang datang dan berkumpul dan berasal dari berbagai bangsa heran, karena para rasul yang berasal dari Galilea berbicara dengan  bahasa  yang dipakai oleh masing-masing orang yang datang. (Kisah para rasul 2:7-8)

Berdasarkan ayat tersebut di atas setiap hari raya Pentakosta, di Dom atau Ketedral Frankfurt setiap tahun dirayakan misa dengan berbagai bahasa yang dipimpin oleh Uskup Limburg, Uskup Georg Baetzing. Kota Frankfurt di bawah wilayah keuskupan Limburg. 

Frankfurt merupakan kota metropolitan, kota bank dan penduduknya berasal dari berbagai bangsa. Orang-orang dari berbagai bangsa itu setiap minggu atau dua minggu sekali berkumpul dan merayakan misa dengan bahasa mereka masing-masing dan didukung dengan sarana tempat dan pembiayaaan dari keuskupan Limburg. Misalnya kami orang Indonesia berkumpul dua minggu sekali setiap minggu ke dua  dan ke empat jam 16.00 di gereja Santo Antonius Rodelheim, Frankfurt. Sejak masa pandemi kami berkumpul perskype setiap hari minggu jam 17.00.

Kami beruntung, selalu saja ada imam dari Indonesia yang sedang studi di Frankfurt. Imam ini ditugaskan oleh keuskupan  Limburg untuk  memimpin misa, membimbing dan mendampingi kami Umat Katholik Indonesia di Frankfurt dan sekitarnya.  Semoga Tuhan selalu mengirimkan  romo atau imam untuk memimpin misa Indonesia dan mendampingi kami.

Misa perayaan Pentakosta setiap tahun selalu dirayakan bersama umat Katholik di Frankfurt dari berbagai negara tersebut, antara lain dari India, Indonesia, Philipina, Kroasia, Italia, Spanyol,Polandia, Iretria, Palestina dan banyak negara lagi. 

Lagu-lagu, musik dan teks doa dan pembacaan Kitab Suci di nyanyikan, dimainkan dan dibacakan dalam berbagai bahasa dan dari berbagai bangsa.  Setiap umat mendapatkan teks doa dan bacaan dengan bahasa Jerman. Sehingga meskipun bacaan Kitab Suci dan doa dibacakan dalam bahasa asing kita tetap mengerti dan mengikuti.

Musik Indonesia biasanya diwakili dengan musik Angklung dari umat Indonesia. Biasanya angklung dimainkan pada saat komuni berlangsung. Gamelan jawa juga pernah mengiringi misa Pentakosta ini beberapa tahun lalu dengan lagu Noto Agung oleh koor masyarakat katholik Indonesia Frankfurt. Kendang dari Eritrea mengawali perayaaan Misa, tarian klasik India mengiringi persembahan. Lagu pembukaan dalam bahasa Jerman, lagu Kyrie dalam bahasa Tagalog Philipin, lagu kemuliaan dalam bahasa Spanyol dan sebagainya.

Misa Pentakosta tahun ini, lebih sederhana karena jumlah umat yang datang dibatasi, hanya lima  umat (suami istri dihitung satu) setiap perwakilan negara. Meskipun demikian misa dalam berbagai bahasa itu tetap hidmad dan indah. 

Keindahan lagu-lagu syukur, pujian dan penyembahan itu terasa menyentuh relung hati meskipun dalam bahasa yang tidak saya mengerti. Terasa sekali karya Roh Kudus dari setiap lagu-lagu dan doa yang dilambungkan meskipun dalam berbagai bahasa.

Semoga Roh Kudus memenuhi hati setiap insan sehingga meskipun berbicara dengan bebagai bahasa dan berasal dari berbagai bangsa Roh Cinta membara dan membakar setiap hati, supaya setiap insan mampu saling menghargai, menghormati dan mengasihi. Sehingga tidak ada peperangan lagi.  Semoga masa  pandemi yang belum juga berakhir ini segera enyah dari muka bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun