Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ibuku Kartiniku

13 April 2021   04:56 Diperbarui: 13 April 2021   05:04 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang hari sampai di rumah, setelah makan siang pasien-pasien ibu sudah menunggu lagi, karena ada beberapa ibu - ibu hamil untuk kontrol kehamilan. Disamping itu di sebelah rumah adalah rumah bersalin dimana ibu menolong kelahiran dan  menjalani rawat inap .

 Begitu sibuknya sehingga kami empat orang bersaudara tidak pernah dirawat langsung oleh ibuku. Kami diasuh oleh ibu asuh dan beberapa pembantu.

3. Kemiskinan yang menambah berat pekerjaan ibu

Sampai hari ini kadang ibu masih bercerita pada kami anak-anaknya, betapa berat pekerjaan ibu sebagai bidan daerah miskin dan terpencil. Banyak dari pasien-pasien itu sungguh miskin, untuk membayar biaya kelahiran tidak ada uang, begitu miskinnya kadang ibu malah memberi kain-kain batik untuk menggedong atau membungkus bayi yang baru lahir. Tidak jarang ibu menerima gaji berupa ayam, telor, pisang, ketela dan berbagai hasil bumi yang mereka miliki. 

Yang lebih menyedihkan lagi kalau ibu dan anak yang ditolong ibu dalam kondisi buruk dan harus dilarikan ke rumah sakit. Selain sarana trasportasi  yang buruk, mereka tidak memiliki uang untuk membayar biaya dokter dan rumah sakit. Ibu harus ikut mengalami dan menyaksikan bagaimana orang-orang susah itu harus berhutang atau menggadaikan apa yang hampir tidak mereka miliki lagi kepada orang-orang kaya dan terpandang di desa itu.  

Semoga hal-hal tersebut saat ini bisa diatasi dengan dana sosial dari departemen sosial dan asuransi kesehatan yang terjangkau untuk setiap orang yang memiliki pendapatan dan pekerjaan tetap.

4. Anak-anak ibu yang harus diasuh ibu pengasuh dan pembatu

Dari cerita di atas saya melihat situasi dan keadaanlah yang membuat kartiniku ibuku tidak memiliki waktu dan tenaga lagi untuk kami anak-anaknya. Ibu pasti tidak akan tega mengatakan tidak mau pergi kalau tengah malam dibangunkan karena di desa anu ada ibu yang mau melahirkan dan perlu pertolongan, atau mengusir orang pergi pada orang-orang sakit yang datang minta diobati ibuku.

Jujur aku salah satu dari anak ibu yang harus diasuh oleh ibu pengasuh dan pembantu, memiki kerinduan digendong, disisiri, dimandikan oleh ibu sendiri, kangen rasanya. Setelah aku renungkan sekarang aku mengerti mengapa aku menjadi anak yang pemarah, mudah tersinggung dan cenderung nakal dan agresiv. 

Setelah dewasa saya mengerti karena kerinduan akan sentuhan dan belaian ibu yang melembutakan dan hangat itu tidak aku terima. Sebaliknya aku diasuh oleh ibu pengasuh yang disiplin dan keras. Dalam hal tertentu aku tumbuh menjadi anak yang rajin dan disiplin tetapi kering, sulit tersenyum. Aku ingat saat aku masih kecil pernah menggigit tangan pembantu sampai gigiku menancap di lengan pembantu, hanya karena ingin sekali dimandikan ibuku. Kata ibu pengasuhku, aku menggigit begitu kuat sehingga tidak bisa dibuka lagi, setelah hidungku di beri tembakau aku mau membuka gigitanku.

5. Tuhan  kembalikan yang hilang plus bonusnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun