Mohon tunggu...
Thereshya Novita sari
Thereshya Novita sari Mohon Tunggu... Foto/Videografer - MAHASISWA

mahasiswa universita pamulang , fakultas sastra indonesia semester 8

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

TIngkat Literasi di Indonesia yang Rendah

31 Maret 2020   08:00 Diperbarui: 31 Maret 2020   08:03 2336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya literasi telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa, serta meningkatkan mutu pendidikan. 

Bahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai pengembangan dari Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti pada Anak. Awal peluncuran GLS sendiri dilakukan secara simbolis dengan memberikan buku-buku paket bacaan yang didistribusikan di berbagai sekolah sebagai tonggak budaya literasi. Namun walaupun pemerintah telah meluncurkan gerakan tersebut, tetap saja guru dan pihak sekolah harus pandai dalam menyesuaikan dan merencanakan program budaya literasi di sekolah.

            Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik.

            Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajaran nya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti Literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.

                Literasi secara sederhana diartikan sebagai keberaksaraan. Dalam perkembangannya, literasi bukan hanya diidentikkan dengan kemampuan calistung, tetapi juga pada aspek yang lain seperti kemampuan memilih dan memilah informasi, berkomunikasi, dan bersosialisasi dalam masyarakat. UNESCO tahun 2003 menyatakan bahwa "Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis. Literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya."

                Dikutip dari Kompas.com, menurut Pendiri Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia, Trini Hayati, salah satu penyebab rendahnya minat baca anak adalah kesulitan akses untuk mendapatkan buku. Semangat baca yang tinggi pun menjadi tidak berarti tanpa adanya buku yang bisa dibaca.

            Literasi Indonesia Ranking Terbawah Kedua di Dunia. Indonesia menempati ranking 60 dari 61 negara dalam hal literasi dan membaca. Namun, berdasarkan hasil survei World Culture Index Score 2018, kegemaran membaca masyarakat Indonesia meningkat signifikan. Indonesia menempati urutan ke-17 dari 30 negara.

                Literasi pada dasarnya  mengacu pada kemampuan membaca dan menulis seseorang . Kemampuan ini juga bisa dilepaskan dari kemampuan menyimak dan berbicara . Dengan demikian literasi identik dengan kemampuan menyeluruh keterampilan berbahasa yang itu terdiri dari menyimak , berbicara , membaca serta menulis . Oleh karena itu seseorang bisa dikatakan literate atau terdidik apabila ia menguasai keempat keterampilan berbahasa . Dan keempat keterampilan berbahasa tersebut  , khususnya keterampilan membaca dan menulis perlu terus dipelajari , dilatih , dan dibiasakan secara konsisten

            Saat ini tingkat literasi di Indonesia sangat rendah . Mengingat adaanya era digital yang telah mengubah gaya hidup manusia menjauhkan dari buku buku bacaan . . Karena itu kesadaran dari masyarakat sendiri lah yang sangat penting untuk memacu tingkat literasi . Karena itu bangsa ini bisa terpuruk akibat sulitnya mencari informasi yang kredibel . Mengapa demikian ? Karena budaya membaca di ganti dengan budaya internet yang lebih ke melihat atau visual , juga karena orang-orang malas untuk pergi keluar rumah . Buktinya masyarakat lebih memilih untuk mencari data dokumen di google untuk sebuah buku bacaan ketimbang pergi keluar ke perpustakaan atau tempat buku lainnya . Akibatnya tempat perpustakaan sepi dan toko buku sepi . Namun beberapa masyarakat juga ada yang memilih untuk langsung mengunjungi perpustakaan . .

            Kemajuan teknologi yang ada seharusnya menjadi penopang untuk ikut menyebarkan buku-buku ke seluruh pelosok Nusantara. Tapi kenyataannya, kemajuan teknologi membuat orang menjadi malas untuk membaca halaman per halaman buku. Semuanya bisa didapatkan secara instan di internet. Akibatnya, mereka lebih cenderung hanya melihat sinopsis, review singkat di blog ataupun media sosial, lalu selebihnya mereka hanya akan menerka-nerka cerita tersebut.

            Selain akses buku yang terbatas dan teknologi, membaca buku belum menjadi gaya hidup bagi semua orang. Kegiatan membaca buku selalu dikaitkan dengan sesuatu yang serius dan membosankan. Selain itu, kita tidak pernah diperkenalkan kepada buku sejak dini, baik itu oleh orang tua di rumah maupun di sekolah. Sekolah hanya memperkenalkan buku-buku pelajaran. Seharusnya, teknik penyampaian pelajaran kepada murid bisa diselipi dengan hadirnya buku dongeng yang ada saat ini agar dari kecil kita terbiasa untuk senang membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun