Mohon tunggu...
Indira
Indira Mohon Tunggu... Freelancer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerbung : Equinox

1 Desember 2020   10:07 Diperbarui: 5 Januari 2021   10:02 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Aku melihat sekeliling. Astaga, di mana ini! Gelap sekali. Aku menoleh ke kursi setir, kosong. Sial! Aku tertidur di mobil.

            "Permisi," Seseorang mengetuk kaca jendela mobil, aku segera menurunkannya.

            "Equinox?" Anak perempuan berambut pirang berkepang dua itu tampak tersenyum melihatku.

            "Edelweiss?"

            "Kau tahu, Julian ditegur habis oleh Paman Grifforth," kata Edelweiss sambil menunjuk ke arah gedung markas.

            "Julian?" tanyaku pelan.

            "Ya, si boyfriend-nya Bertha itu," Edelweiss tertawa kecil.

            "Ada apa memangnya?" tanyaku lagi. Aku sempat melirik ke arah jam, sudah jam setengah sembilan malam.

            "Masalah berkas ekspedisi ke kota apa itu ..., aku lupa namanya, semua ketua tim harus mengumpulkannya paling lambat jam enam, dan Julian bahkan belum membuat satu halaman pun," jelas Edelweiss. Aneh, biasanya Julian yang paling bertanggung jawab di antara semua ketua tim di markas itu. Tidak pernah telat mengumpulkan berkas, apalagi tidak membuat! Aku menghabiskan waktu sekitar setengah jam di lapangan parkir markas bersama Edelweiss. Paman Grifforth sepertinya masih di dalam. Entah memberikan pengarahan atau menegur tim lain yang tidak mengumpulkan berkas. Setidaknya hari ini aku bisa bernapas lega. Aku tidak perlu bermalaman di markas lagi menelusuri peta ke kota-kota tersembunyi di Ammerdunn.

            Anak-anak di Ammerdunn tidak seperti anak-anak pada umumnya. Kami bersekolah, tetapi hanya mempelajari hal-hal tentang sejarah Kota Ammerdunn dan matematika. Anak-anak yang memiliki nilai di atas rata-rata sekolah, atau bisa dibilang jenius, akan dipilih oleh Governor Bruce untuk menjadi petualang muda. Salah satunya aku. Setiap hari sepulang sekolah, aku harus menunggu sekitar setengah jam di perpustakaan sekolah. Paman Grifforth biasanya harus menyerahkan berkas kepada Governor Bruce terlebih dahulu sebelum menjemputku ke sekolah. Paman Grifforth juga merupakan salah satu orang penting di Ammerdunn. Satu kota mengenalnya. Karena aku keponakannya, satu kota juga mengenalku.

            Soal tim ..., aku tidak berharap atau menduga sama sekali akan berakhir di tim terbaik Ammerdunn. Dulu, aku selalu bersemangat mengikuti ekspedisi, dengan motivasi suatu hari akan menjadi orang hebat seperti Paman Grifforth, lebih bangganya lagi bila mempunyai julukan sepertinya, "Grifforth Han of Ammerdunn". Separuh semangatku luntur begitu saja ketika Julian mendapatkan gelar itu setelah Paman Grifforth. "Julian Atlas of Ammerdunn".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun