Mohon tunggu...
Cerpen

Spanyol, Sang Serigala Berbulu Domba

8 November 2017   00:05 Diperbarui: 8 November 2017   00:14 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : http://www.awas-aja.com/2016/04/6-negara-yang-pernah-menjajah-indonesia.html

         

          7 September 1521

          Aku, Siti Kholifah, hanyalah seorang perempuan berusia 20 tahun yang berasal dari Tidore, Maluku, Indonesia. Aku berasal dari sebuah keluarga yang tidak berkecukupan. Aku bekerja sebagai ibu rumah tangga dikarenakan kami perempuan, tidak diperbolehkan untuk sekolah. Aku memiliki seorang anak bernama Agus Gunawan yang sekarang berumur 3 tahun. Sejak usia dini, aku dan temanku, Joko, sudah dijodohkan. Alhasil, kami menikah saat usiaku masih 16 tahun. Kedua orang tuaku sudah meninggal saat aku masih berumur 15 tahun dikarenakan wabah penyakit malaria yang melanda desaku 5 tahun yang lalu. Oleh karena itu, sejak usia remaja, aku sudah belajar hidup mandiri serta bekerja keras demi mendapatkan sesuap nasi setiap harinya.

          Jam di dinding menunjukkan pukul 4 pagi. Seperti biasa, aku sudah siap untuk pergi ke pasar untuk membeli sayur makanan hari ini. Entah kenapa, hari ini terasa sangat berbeda bagiku, walaupun ini masih pagi hari, perasaanku sudah tidak enak. Setelah selesai membeli sayur, aku kembali ke rumah untuk membersihkan rumah. Suamiku, Joko, bekerja sebagai petani di sebuah perkebun cengkeh milik tetangga kami. Ya, Maluku merupakan daerah yang terkenal akan hasil rempah -- rempahnya, seperti cengkeh dan buah pala. Joko berangkat ke kebun pukul 7 pagi, tepat setelah aku selesai membersihkan rumah dan ia akan kembali pada pukul 4 sore.

          Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, aku baru saja selesai memberikan Agus makan siang agar ia tidak merasa lapar. Karena merasa bosan, aku memutuskan untuk pergi keluar bersama Agus untuk mengunjungi temanku, Martina Bonang, atau yang biasa dipanggil Ena. Saat kami sedang sibuk bercerita, tiba -- tiba terdengar suara teriakan, " PASUKAN SPANYOL DATANG! PASUKAN SPANYOL DATANG!" mendengar teriakan tersebut, aku memutuskan untuk keluar dan mencari tahu tentang teriakan tersebut. 

Saat tiba di luar, saya melihat ada banyak orang mengerumuni Udin. Kemudian, saya bertanya kepada Udin, "Udin, kamu kenapa ribut -- ribut? Ada masalah apa?" Lalu jawab Udin, "Itu, pasukan spanyol baru saja datang di  pelabuhan. Mereka dipimpin oleh Kapten Sebastian del Cano." Karena merasa kaget, saya bertanya lagi kepada Udin, "Apa? Pasukan Spanyol datang? Untuk apa mereka dating ke sini, sudah cukup Portugis saja yang dating ke Ternate." Udin hanya tertawa kecil sambal menjawab, "Katanya mereka ingin berdagang di Tidore untuk beberapa waktu." Baru saja aku ingin menanyai Udin, tiba -- tiba Joko dating dan berkata, "Iya, Siti mereka dating hanya untuk berdagang, bukan untuk berperang dengan kita." Setelah berkata demikian, Joko mengajakku pulang dan beristirahat.

          7 Desember 1524

          3 tahun telah berlalu, dan kedatangan Spanyol sejauh ini masih membawa dampak yang bias dibilang positif bagi kami, rakyat Indonesia. Mereka telah melakukan perdagangan yang cukup sukses selama ini. Orang -- orang Spanyol yang dating juga bersikap ramah kepada kami, masyarakat Tidore. Namun, pada hari ini, suasana orang -- orang Spanyol tersebut terasa sangat berbeda, bahkan dapat dibilang kejam. Mereka mulai meneriaki kami semua dikarenakan kami berjalan dengan lambat. Padahal, sebelumnya, mereka tidak pernah mengomentari cara berjalan kami.

          Lalu, seiring berjalannya waktu, barulah kami sadar bahwa selama ini Bangsa Spanyol hanya memanfaatkan kami. Bangsa Spanyol bagaikan serigala berbulu domba. Pada awalnya mereka berkata bahwa mereka hanya ingin berdagang disini, namun buktinya, sekarang Spanyol ingin mencari kekayaan, menyebarkan Agama Katolik, bahkan ingin mencari daerah jajahan yang baru. Mereka menindas kami seakan -- akan kami adalah budak mereka. Bangsa Spanyol memonopoli perdagangan dan bahkan kekayaan alam di daerah- daerah kami dikeruk sebanyak -- sebanyaknya.  Dengan memonopoli perdagangan ini, membuat harga- harga rempah ditentukan oleh bangsa Spanyol. Bahkan tidak jarang, bangsa Spanyol tersebut melakukan pemaksaan kepada kami.

          Tidak hanya hal ekonomi, bangsa Spanyol pun selalu ikut campur terhadap urusan politik dan bahkan tak jarang bangsa Spanyol tersebut mengadu domba masyarakat -- masyarakat sekitar. Adapun tujuan bangsa mengadu domba berbagai kelompok masyarakat  adalah untuk memudahkannya di dalam urusan mempengaruhi para penguasa di Indonesia untuk memberikan bangsa Spanyol hak- hak istimewa di dalam berdagang.

          8 Maret 1550

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun