Mohon tunggu...
therealkhana
therealkhana Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis menyenangkan diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain

Seorang Penulis Buku Solo "Fika", "Tantangan Menjadi Orang Tua di Masa Pandemi", dan buku puisi "Bulan di Langit Biru"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Work From Home

8 Desember 2020   15:24 Diperbarui: 8 Desember 2020   15:29 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Sudah hampir satu tahun virus corona masuk ke Indonesia dan tanda-tanda akan berlalu masih menjadi tanda tanya. Dampak dari pandemi salah satunya adalah work from home (WFH). Tantangan yang dihadapi orang tua, khususnya para ibu tentunya semakin besar. Menyelesaikan pekerjaan kantor, menjadi guru sekaligus teman bermain  bagi anak, serta mengurus rumah tangga menjadi rutinitas baru bagi para ibu di masa pandemi.

Survei yang dilakukan oleh Motherly, sebuah media gaya hidup ibu dan anak, 74% ibu di AS mengatakan mereka merasa mentalnya lebih buruk sejak adanya pandemi Corona. 30% dari ibu yang bekerja penuh waktu mengatakan penyebab utama stres yang mereka alami adalah karena kewajiban untuk merawat anak, kemudian diikuti oleh kekhawatiran seputar kesehatan mental dan kesejahteraan anggota keluarga.

Tidak bisa dipungkiri, aspek psikologis memegang peranan penting bagi para orang tua dalam mendidik anak. Bagaimana mungkin seorang ibu dapat mengasuh anaknya dengan baik apabila psikologisnya tertekan. Rasa lelah fisik dapat menimbulkan tekanan pada sisi psikologis ibu. Dampak dari tekanan yang terus menerus tentu saja tidak hanya akan dirasakan oleh seorang ibu tetapi juga akan berimbas kepada anggota keluarga lainnya.

Berdasarkan data survei yang dilakukan secara daring oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mulai 8-14 Juni 2020 yang melibatkan 25.146 anak di 34 provinsi Indonesia, anak-anak mengaku kerap mengalami kekerasan fisik dari kedua orang tuanya. Seperti dicubit (39,8%), dijewer (19,5%), dipukul (10,6%), dan ditarik (7,7%). Anak mengaku pelaku kekerasan fisik dilakukan oleh ibu (60,4%), kakak atau adik (36,5%), dan ayah (27,4%).

Orang tua yang belum bisa segera beradaptasi dengan perubahan kondisi yang terjadi sebagai dampak dari pandemi juga dapat menimbulkan kepanikan tersendiri. Seperti  peristiwa di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, di mana puluhan orang tua menuntut sekolah dasar negeri (SND) segera dibuka. Sebab libur panjang sekolah akibat corona menjadi pemicu anak malas belajar dan lebih sering bermain.

Langkah apa saja yang bisa dilakukan orang tua untuk menciptakan iklim kondusif di rumah bagi anak, sehingga peran orang tua di masa pandemi ini tidak menjadi bumerang bagi setiap anggota keluarga? Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa alternatif solusi yang ditawarkan di bawah ini:

  • Menyediakan kebutuhan pendukungMenyiapkan makanan, mainan, dan berbagai kebutuhan anak bisa membuat anak-anak sedikit teralihkan dan menciptkan suasana hati yang baik, tidak hanya bagi anak tetapi juga orang tua. Orang tua bisa fokus menyelesaikan pekerjaan kantor dan rumah lainnya sembari tetap mengawasi tingkah laku anak.
  • Menemani anak belajar
  • Masa pandemi berdampak pada perubahan pola pembelajaran dari luring ke daring. Sempatkan menemani anak pada saat mengikuti pembelajaran dari sekolah melalui media elektronik maupun pada saat anak harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut, akan membuat anak merasa diperhatikan dan tidak ditinggalkan begitu saja oleh orang tua meskipun orang tua WFH.
  • Mendengar dan mengajak bermain
  • Bagi anak, menghabiskan waktu sepanjang hari di rumah dalam waktu yang lama tentu saja akan menimbulkan kejenuhan. Kebutuhan untuk melakukan aktualisasi dan bersosialisasi dengan teman sebaya menjadi sangat tinggi. Di sini lah peran orang tua sebagai sahabat anak begitu dibutuhkan. Orang tua bisa menjadi pendengar yang baik ketika anak-anak membutuhkan teman curhat untuk sekadar berbagi uneg-uneg diri. Bagi anak yang masih kecil, keberadaan orang tua sebagai teman bermain menjadi begitu krusial. Setiap hal yang dilakukan bagi anak, usahakanlah dengan memberikan perhatian yang tulus, lepaskan perhatian dari ponsel maupun laptop ketika sedang menyimak pembicaraan anak, tunjukkan bahwa kita tidak hanya menyediakan raga kita bagi mereka tetapi juga hati.
  • Sempatkan me time
  • Jangan sampai kesibukan membahagiakan orang lain membuat orang tua, khususnya para ibu lupa untuk memberikan hak tubuh dan pikiran. Sehatkan jiwa dengan menyediakan waktu khusus yang berkualitas untuk refreshing. Membaca, menonton, ngemil, bahkan sekadar olahraga ringan sejenak bisa membuat tubuh dan pikiran rileks.

            Keluarga merupakah madrasah pertama bagi anak. Jadi, jangan sampai kewajiban kita untuk mencari rezeki menafikan hal tersebut. Berbicaralah dari hati ke hati dengan anak mengenai kesulitan kita dalam menghadapi rutinitas baru selama pandemi ini. Yakinlah bahwa anak-anak itu pintar dan bijak, mereka akan mengerti kesulitan yang dialami orang tuanya, serta akan membantu sebisa mereka. Siapkan jadwal harian yang berisi urutan rutinitas berdasarkan prioritas dan fleksibilitas dimungkinkan untuk mengakomodir perubahan yang terjadi nantinya.

            Pandemi yang terjadi, sesungguhnya merupakan ujian bagi kita semua. Dalam sebuah keluarga, dampak positif pandemi juga bisa kita rasakan, seperti kedekatan fisik antara orang tua dan anak yang lebih intens daripada sebelumnya. Tentunya hal tersebut juga harus dibarengi dengan keinginan kedua belah pihak untuk bekerja sama menciptakan suasana nyaman di rumah dengan saling mengerti dan memahami peran masing-masing anggota keluarga.

            Pandemi yang telah terjadi sekian lama dan membuat semua orang lelah dengan ketidakpastian akan akhirnya ini harus disiasati supaya setiap orang bisa tetap berpikir positif. Proses adaptasi akan lebih mudah apabila masing-masing pihak saling membantu menciptakan rasa aman. Mari sehat bersama dengan menumbuhkan rasa peduli sesama.

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun