Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Poor (Cerpen Rohani)

14 Juni 2021   09:50 Diperbarui: 14 Juni 2021   10:02 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang pasti aku sudah berjanji kepada Allah akan memberikan persembahan yang terbaikku kepada -- Nya.

Aku pun melangkah dan menyerahkan beberapa peser uangku ke dalam peti persembahan, sambil berusaha mengabaikan sekelilingku. Namun, usai melakukannya, ada sebuah senyum yang menarik perhatianku. Seorang pemuda, sedang duduk di hadapan peti persembahan, dan dikelilingi oleh para pedagang dan nelayan.

Pemuda itu pun berdiri dan menghampiriku. Orang -- orang banyak mengikutinya. Ia pun berbicara kepada sekelilingnya.

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."

Orang -- orang melihatku sembari berdecak kagum, sementara itu beberapa orang kaya terlihat gusar dan salah tingkah. Ahli -- ahli taurat mulai mendekati pemuda itu, ingin bertukar pendapat. Dan karena sifatku yang tidak ingin menjadi pusat perhatian, aku bergegas menyelinap dari keramaian, dan beringsut keluar ruang ibadah. Di pintu gerbang, Ezio kembali menyapaku. Wajahnya ceria.

"Bagaimana, Tamim, kau sudah melihat orang itu?"

"Apakah yang kau maksud pemuda di depan peti persembahan itu?"

"Tentu saja. Iya, Yesus. Pemuda itu sedang populer akhir -- akhir ini karena ajarannya yang kerap mengkritik ahli Taurat dan ahli Farisi. Namun aku suka mendengarkannya, karena setiap ucapannya menenangkan dan menyenangkan."

Aku tersenyum tipis dan mohon diri. Yesus. Iakah yang tadi menyapaku? Bagaimana mungkin ia tahu bahwa persembahan yang kuserahkan hari ini adalah sisa dari uangku hasil jualan di pasar tadi? Aku memang menyerahkan uang empat peser, dan berencana untuk memasrahkan hidupku esok hari hanya kepada Allah saja.

Aku menghela napas. Apa yang kualami sore ini meyakinkanku bahwa Allah memegang hidup setiap orang, apabila ia berlaku benar dan berkenan kepada -- Nya. Di jalan pulang, aku hanya bisa bersyukur dan memuji Allah di dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun