Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Raja Tua

6 Mei 2021   08:47 Diperbarui: 6 Mei 2021   08:54 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang raja kembali tersenyum. Vijayasastra memang mengerti kekuatan, namun ia tidak begitu mengerti taktik perang. Dharanindra mengetahui cara mengalahkan pemimpin Langkasuka, Indrapura Sakti, dengan mudah, begitu juga dengan Samagrawira. Namun ia membiarkan Vijayasastra bereksperimen sesukanya, karena ia mempercayai prinsip bahwa manusia akan berkembang jika ia mengatasi tantangannya sendiri. Teringat dengan Samagrawira, ia bertanya kepada sang panglima.

"Tidak adakah informasi dari barisan terdepan mengenai kedatangan anakku?" tanya raja.

"Belum ada, tuanku raja, hamba pun berharap cemas akan kedatangan mereka. Informasi terakhir, mereka sudah berangkat dari tanah Jawa tiga hari yang lalu dengan sebuah kapal laut beranggotakan orang -- orang Kerajaan Sriwijaya. Maaf yang mulia, namun jika ada kabar baik, hamba akan langsung sampaikan kepada..."

Perbincangan mereka dikejutkan oleh sebuah teriakan wanita yang berasal dari halaman kerajaan. Berlari dari arah lantai dasar tempat raja bersemayam, wanita itu dikejar oleh seorang laki -- laki bertubuh besar dengan rambut panjang. Laki -- laki itu memegang sebuah pisau di tangan kanannya. Sang wanita kemudian terjatuh dan membalikkan badannya membelakangi air mancur di tengah halaman kerajaan. Pemandangan berikutnya adalah pemandangan yang tidak diinginkan oleh Dharanindra ketika ia melihat wajah sang wanita.

"Sariwanadhira!" teriak raja dari teras istana.

Sariwanadhira terduduk gemetar serta mundur secara perlahan. Mukanya ketakutan melihat Rahwana, tawanan istana, berdiri dengan muka garang di depannya dengan pisau teracung. Apa yang terjadi berikutnya sangat cepat. Rahwana menyergap cepat ke arah Sariwanadhira, berusaha membenamkan pisau ke dada. Sang putri menahan tangan Rahwana, namun kekuatan Rahwana jauh lebih kuat. Tidak sampai lima detik kemudian, pisau yang dipegang Rahwana telah berhasil menembus leher Sariwanadhira. Kesakitan, Sariwanadhira terduduk lemas, darah mulai mengalir dari lehernya. Rahwana mencabut pisau dari leher tuan putri karena ia tahu pertandingan berikut menunggunya, dan ketika itulah tatapan Sariwanadhira benar -- benar kosong.

Tepat ketika Rahwana mencabut pisau dari leher Sariwanadhira dan membalikkan badan, sebuah sosok dengan kecepatan tinggi mengarahkan pedang ke arahnya. Rahwana dengan susah payah menangkis. Vijayasastra berdiri dengan ekspresi marah yang meluap. Tidak menunggu lama, ia mengambil posisi menyerang, bersiap, dan menyergap ke arah Rahwana.

"Kau menyerang tuan putri! Kau sialan!" teriak Vijayasastra sambil melancarkan serangan yang kemudian dihindari oleh Rahwana.

Muka Rahwana sama sekali tidak menunjukkan sikap ketakutan. Ia menyeringai, terlihat bahwa ia menikmati pertarungan ini. Vijayasastra mengepalkan tinju kiri ke arah muka, Rahwana menghindar, namun tebasan pedangnya menyabet pinggang kanan Rahwana. Tetesan darah yang mengalir di pinggang kanan menghapus seringai Rahwana.

Raja terduduk lemas. Untuk sesaat ia kehilangan akal. Anakku yang kusayangi. Anakku yang terakhir. Baru saja aku memikirkan jodohmu, Nak. Sementara itu halaman kerajaan mulai dipenuhi oleh prajurit kerajaan dan dayang -- dayang istana. Tiga orang prajurit, dipandu oleh seorang dayang, dengan hati - hati mengelilingi dan membawa Sariwanadhira yang sudah tidak bernyawa ke ruang perawatan. Prajurit -- prajurit lainnya mengambil posisi siaga serta mengitari panglima mereka dan sang bandit yang masih berhadapan.

"Kalian jangan ada yang mencampuri urusan kami. Jangan ada yang melangkah masuk pertempuran! Ia adalah bagianku!" teriak Vijayasastra yang disambut dengan sebuah seringai mengejek dari Rahwana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun