Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putri di Kastil Berawan

21 September 2020   15:54 Diperbarui: 21 September 2020   23:35 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PUTRI DI KASTIL BERAWAN

Hari ke tiga.

Selamat malam diaryku, sudah saatnya aku bertemu dengan dirimu lagi. Hari ini kumulai dengan hati yang sedih. Bagaimana tidak, ayah tidak mendengar suara hatiku dan mengurungku di menara tinggi ini. Ini sudah hari ketiga. Di hari pertama, kukira sang raja hanya bermain -- main saja. Hari kedua, aku masih bisa menerima. Hari ini, aku mulai was -- was. Apakah ayah serius dengan ucapannya?

Katanya aku tidak bisa lagi bertemu dengan Pangeran Juan. Dia bilang ia anak orang durhaka, anak orang yang tidak bisa tepati janji. Ya, memangnya itu salahku? Salah Juan? Itu 'kan salah ayahanda dari Juan? Ah, aku tidak bisa berbuat apa -- apa. Ayah memang selalu strict jika berhubungan dengan wilayah negeri.

Aku merindukan pemuda itu. Senyumnya manis, kata -- katanya penuh kelucuan. Aku selalu terhibur dengan leluconnya. Ia juga kadang -- kadang romantis. Saat ia sudah serius untuk memujiku, aku yakin bahwa itu berasal dari hatinya. 

Hatiku serasa terbang ke langit. Ah, betapa aku merindukannya. Kini aku memandang langit yang sama dari jendela kecil ini. Benda biru yang selalu disebut dalam pujiannya itu, kini menjadi kungkungan bagiku untuk menuju dunia luar.

Soal kehebatan memanah, sebenarnya anak itu masih kalah oleh Robert, sepupunya. Tahukah kau, diary? Sebenarnya Robert pernah menyatakan perasaannya kepadaku. Aku tidak mampu berkata apa -- apa, karena saat ia mengatakan itu, wajahnya sangat dekat di hadapanku. 

Jika saja Tulice si badut istana itu tidak memergoki kami, mungkin saja aku sudah hanyut dalam kecupannya. Esoknya aku mengirim mawar putih sebagai permintaan maaf kepada Robert karena tidak bisa menerima perasaannya.

Ah, diaryku, betapa kau merindukan permandian air hangat di kolam timur, dicampur dengan susu dan rempah -- rempah. Kemenyan, gaharu, aku bisa mencium wewangian sedap itu sekarang. Di kamar sempit ini, hanya ada ruangan kecil dengan ember dingin setiap harinya. 

Tidak ada Janice yang membantuku menyeka punggungku, memijat pundakku. Tidak ada yang menyisir rambutku, tidak ada yang membantuku merias diri. Omong kosong dengan gaun sutra linen yang berasal dari negeri timur jauh ini, baunya sudah seperti orang mandi di got. Ah, jijik sekali!

Diaryku, yang menjadi satu -- satunya hiburan bagiku adalah memandang langit malam yang bertabur bintang. Jujur, baru kali ini aku menyadari ternyata begitu indahnya langit malam. Lihatlah. Ada yang berpendar sangat terang, ada yang malu -- malu di balik awan. Sudah dulu, ya, aku sedang sibuk memandang bintang -- bintang itu. Sampai jumpa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun