Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Prinsip Dasar

4 Agustus 2020   10:29 Diperbarui: 4 Agustus 2020   10:37 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PRINSIP DASAR

"Kita mau ke mana sekarang, pah?"

"Sudah, ikut saja, nanti kamu sendiri tahu. Ada urusan bisnis, siapa tahu kamu tertarik dan cocok."

Itulah ucapan papaku ketika kami masuk mobil dan melaju di jalan raya. Papaku paham sifatku. Mendengar kata bisnis, tidak mungkin seorang bernama Adipati menolak. Aku memang gila usaha. Setelah usaha laundryku sukses, aku berpikiran untuk buka dua cabang lagi, masing -- masing dekat universitas ternama. Papaku adalah seorang pengusaha juga. Aku belajar banyak darinya.

Papaku menyetir, dan kami memasuki jalan yang familiar. Jalan yang sempit dan masuk gang, namun terletak di dekat universitas. Aku bertanya.

"Kita mau ke Ayana Mekar, ya pah?"

Papa mengangguk. Ayana Mekar adalah sebuah jalan komplek, di mana banyak perumahan. Di sana kami memliki sebuah bangunan kos -- kosan, yang telah dijadikan usaha keluarga selama lima tahun. Bisa dibilang, rumah ini baru bagi kami. Selama ini, papa dan adikkulah yang mengelolanya. Namun karena adikku sibuk kuliah, jadi hanya papa saja. Sementara aku sibuk dengan usahaku.

Jika papa mengajakku ke tempat ini, pasti ada yang tidak beres. "Ada apa, pah? Ada yang tidak beres?"

"Nanti kamu juga tahu sendiri."

Alhasil aku pun sibuk dengan berbagai pertanyaan ketika turun dari tempat parkir. Bangunan kos -- kosan kami terletak di lahan terbuka, memiliki lahan parkir yang cukup luas, dan fasilitas yang mencukupi, sehingga banyak diserbu mahasiswa kalangan menengah. Ada seorang penunggu kos -- kosan yang bekerja pada kami, merangkap juga sebagai tukang bersih -- bersih. Namanya Bu Adinda. Ia langsung menyambut kami dengan wajah ramah. Setelah mengecek kondisi kos -- kosan dengan sekilas pandang, papa meminta untuk berbincang di ruang tamu.

Papa membawa dokumen yang berisi data anak -- anak kos. Kos kami dekat dengan universitas sehingga banyak mahasiswa yang mengontrak di sana. Kosan itu memiliki lima belas kamar, dan pada tahun ini penuh semuanya. Maka di dokumen papa, ada lima belas data anak kos. Papa meneliti salah satu entry.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun