Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Singa Duduk

30 Juni 2020   10:13 Diperbarui: 30 Juni 2020   10:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semuanya ini semakin membingungkan. Mengapa Lilis berlari meninggalkan kamarnya dengan tergesa -- gesa, di jam empat pagi? Jika katakan tim forensik melakukan kesalahan dan Sapto sudah tewas pada waktu itu, lalu apa penjelasan yang memungkinkan bagi kedua orang yang keluar masuk pada rentang pukul enam dan pukul tujuh pagi?

Semuanya ini akan menjadi mudah jika kita tahu identitas kedua orang ini. Sementara itu aku perlu mengusut keterangan petugas kebersihan yang menemukan mayat. Samsul sedang mendapatkan orang ini, ketika Charles kembali masuk dengan wajah gembira.

"Aku berhasil menghubungi Lilis. Ia terkejut akan kematian Sapto. Katanya ia sedang berada di Bintaro, dan sedang berangkat ke tempat ini sekarang."

Aku dan Mahmud berpandang -- pandangan. Pembunuh macam apa yang dengan berani kembali menuju TKP kembali? Apakah ini sebuah permainan psikologis dari Lilis? Belum sempat kami berbincang, Samsul sudah kembali dan membawa petugas kebersihan. Orang ini bertubuh sangat kecil, bahkan hampir setara dengan anak sekolahan, dan malu -- malu ketika ditanya.

"Siapa namamu?"

"Roni, pak."

"Bagaimana keadaan Sapto ketika kau menemukan dirinya?"

"Tepat, tepat, pak, seperti yang bapak -- bapak lihat sekarang. Tidak ada, tidak ada yang berubah. Semuanya sama."

"Dan kau memasuki kamar ini tepat pada pukul 07.00 pagi?"

"Iya, pak. Aku memiliki jadwal untuk membersihkan, untuk mengepel kamar di lantai ini pada jam 7 pagi. Seharusnya aku mulai dari kamar 501, tapi melihat pintu kamar ini terbuka, aku memeriksa kamar ini terlebih dahulu. Dan ternyata..."

Aku memotong ucapannya karena ia sudah akan memelas, "Apakah kau mengenal orang ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun