Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mengapa Seruan Golput Bahkan Bisa Menyeruak ke Permukaan?

30 Januari 2019   20:05 Diperbarui: 30 Januari 2019   20:12 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Fenomena golput mulai menghangat di medsos seminggu ke belakang ini. Golput atau bisa disebut dengan golongan putih adalah tidak memilih calon pemimpin pada pemilu mendatang, dalam konteks ini khususnya adalah Jokowi - Ma'ruf sebagai paslon no 1 dan Prabowo - Sandiaga sebagai paslon no 2 pada pilpres 2019.

Jika kita menilik timeline medsos, misalnya saja twitter, banyak yang pro terhadap pilihan golput dan juga sebaliknya, mencela habis - habisan mereka yang memilih untuk tidak memilih pada pemilu April mendatang.

Berbagai kata hujatan dan makian sering menghiasi timeline. Jika biasanya ada tulisan cebong atau kampret, kini yang ramai adalah golput atau nongolput.

Mengapa seruan golput bahkan muncul pada pemilu kali ini? Menurut penulis, penyebab pertama adalah pemilihan KH Ma'ruf Amin sebagai wakil dari Jokowi.

Pemilihan ini mentrigger mereka yang loyalis pada Basuki Tjahaya Purnama (BTP), terlebih petahana adalah rekan kerja BTP pada periode gubernur DKI Jakarta sebelumnya. Seperti diketahui khalayak sebelumnya, pemilu gubernur DKI Jakarta periode 2017 - 2022 adalah yang paling panas dalam sejarah berjalannya NKRI, yang menghasilkan Anies Baswedan sebagai pemenang.

Lebih lanjut, BTP kemudian diberi hukuman penjara terkait pasal penistaan agama. KH Ma'ruf Amin adalah salah satu saksi yang memberatkan, sehingga efek domino yang ditimbulkan: loyalis BTP tidak akan memilih Jokowi pada periode Pilpres 2019.

Alasan kedua, penulis tidak ingin mendiskreditkan Bapak KH Ma'ruf Amin, namun sekali lagi tagar #SayaGolput kembali ramai ketika debat Pilpres yang pertama berlangsung, 17 Januari 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta.

Jokowi yang mendapat pertanyaan dari panelis terkait penanganan korupsi sudah terlihat terbata - bata dalam menjawab, dan ketika dilempar kepada KH Ma'ruf, ia canggung dalam menjawab dan hanya menyetujui serta mendukung pernyataan Jokowi.

Hal ini menimbulkan keraguan pada para pemirsa, khususnya para pendukung Jokowi, mengenai kapabilitas dan kompetensi wakilnya.

Saya mengamati timeline tepat ketika sesi tersebut berlangsung, banyak yang mengutarakan kekecewaan, diantaranya bahkan lebih menyukai pilihan Bapak Mahfud MD sebagai wakil presiden.

Alasan ketiga, menurut saya, merupakan efek domino dari alasan pertama. Pengerahan massa keagamaan dalam satu tujuan politik, yang menimbulkan kemenangan pada pilkada DKI Jakarta, menyadarkan pemerintah (baca:penguasa) bahwa trend yang berkembang saat ini: jika ingin memenangkan pilkada, maka harus memiliki sosok yang agamis sebagai pasangan.

Hal ini telah dicoba oleh pasangan RK - Uu pada pilgub Jabar yang menyebabkan kemenangan bagi keduanya. Walau Uu bukanlah ulama atau kiai, ia berasal dari sosok pesantren, sehingga penampilannya yang mengenakan kopiah dan baju koko putih, serban hitam, dimaksudkan untuk menarik suara para warga Jabar.

Tren seperti ini (wakil kyai atau ulama) menyadarkan beberapa voter bahwa di NKRI sedang terjadi perubahan kecenderungan politik. Banyak yang tidak suka dengan trend ini, karena akan berakibat buruk bagi sistem perpolitikan Indonesia, yang akan menjadi cenderung konservatif.

Saya tidak akan membahas sisi pro kontra pilihan golput, ah bahkan saya tidak membahas dari sisi paslon no 2 (baca: karena sudah terlampau banyak alasan ilogikal untuk memilih pasangan ini), namun setelah melihat ketiga alasan di atas, dapatkah Anda menyalahkan mereka yang memilih untuk golput?

Terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun