Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mulawarman 1 [Novel Nusa Antara]

19 Januari 2019   08:12 Diperbarui: 19 Januari 2019   08:33 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di depannya ia melihat meja dipenuhi oleh kartu -- kartu bergambar berbagai macam kerajaan. Beberapa botol tuak menghiasi, serta uang judi berada di sisi meja. Permainan kertas bergambar. Ia melihat beberapa orang tertawa dan memegang kartu di depan meja tersebut. Seseorang sedang mengisap candu cengkih. Sang pemuda melihat enam orang ada di sisi meja tersebut.

Sang tetua kembali ke posisi menghadap meja dan memegang kartu. Ia mengeluarkan sebuah kartu yang diikuti dengan ekspresi kekecewaan dari seluruh koleganya di sisi meja tersebut. Sang kakek bersorak tanda ia memenangkan permainan dan mengacungkan kedua tangannya ke udara. Beberapa saat kemudian ia mengumpulkan uang -- uang di atas meja tersebut. Setelah sang kakek mengumpulkan uang -- uang tersebut, ia berbalik menghadap sang pemuda.

"Benar -- benar pidato yang buruk. Apa -- apaan tadi? Aku tidak dapat menangkap intinya."

Perkataan yang sama diulangi oleh orang yang berbeda. Dari sudut matanya sang pemuda dapat melihat salah seorang penjaga membentangkan tangannya tanda setuju. Kali ini sang pemuda tidak dapat mengeluarkan amarahnya, karena ia sedang berhadapan dengan orang nomor satu di Kerajaan Kutai.

"Aku ingin kita bertukar posisi. Sekarang kau gantikan aku di permainan ini. Aku ingin menuju panggung pasar itu. Sudah lama rasanya aku tidak berceramah. Hahaha, mengapa aku jadi bergairah sendiri."

Beberapa langkah menuju podium sang kakek berbalik menuju sang pemuda. Ia memberikan ancaman, membuat sang pemuda sedikit bergidik ngeri.

"Jangan tinggalkan kursi ini karena aku akan kembali setelah berceramah. Aku tidak ingin kehilangan tempat di permainan ini. Jangan pernah beranjak dari kursi ini selama aku masih berada di atas panggung."

Ketika sang kakek menginjakkan kakinya di atas panggung, tidak ada yang memperhatikan. Semua khalayak melakukan pekerjaan seperti biasa. Sang pemuda dapat melihat orang lebih banyak berkumpul di kedai ikan milik Jarawidha, yang terletak tepat di samping panggung, yang memang dikenal memiliki kualitas daging ikan terbaik di pasar itu dan masyarakat harus rela antri untuk mendapatkan ikan yang diinginkan. Melihat itu sang pemuda tidak lagi memperhatikan kakeknya dan mulai menyibukkan diri dengan kartu di hadapannya, terlebih salah seorang pemain di sisi meja tersebut sudah terlihat tidak sabar untuk memulai permainan.

Sang kakek mulai berbicara, "Selamat pagi, wahai rakyat, senang kembali bisa berbicara di atas panggung ini."

Tidak ada yang memperhatikan. Ia pun melanjutkan, kini sambil setengah berteriak, "Kerajaan Kutai adalah kerajaan yang terburuk di nusantara ini! Kerajaan Kutai tidak akan bisa menguasai alam nusantara! Bahkan tidak hanya nusantara, alam Kalimantan pun tidak akan pernah tunduk dengan kerajaan ini!"

Kini orang -- orang mulai memperhatikan. Ia melanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun