Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pramodawardhani 3 [Novel Nusa Antara]

10 Januari 2019   13:30 Diperbarui: 10 Januari 2019   13:50 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Udayaditya membalikkan badan membelakangi Pramoda dan berkata, "Kudengar kau memiliki adik perempuan yang cantiknya serupa denganmu. Sudah hari ketiga aku menjejakkan kaki disini dan aku belum melihatnya. Ada dimana tuan putri yang satu lagi?"

Pramoda menjawab, "Adikku yang satu itu benar -- benar pemalu. Datang tamu dari pulau seberang, ia takut menjadi pusat perhatian."

Udayaditya tersenyum tipis dan mengangguk. Dari senyum simpulnya Pramoda dapat melihat bahwa ia adalah lelaki yang jujur dan berhati mulia. Tidak ada gunanya berbohong.

"Tidak, adikku itu senang berkelana. Hatinya dipuaskan untuk mencoba sesuatu yang baru. Ia menyenangi tantangan, dan aku tidak tahu dimana ia berada. Namun aku pastikan ia aman, walaupun ia adalah seorang putri kerajaan."

Kali ini Udayaditya sedikit berkelakar, "Kau adalah seorang kakak yang baik, melindungi keberadaan adikmu dari orang asing sepertiku. Ataukah kau seorang kakak yang sangat buruk sehingga tidak mengetahui keberadaan adikmu sendiri?"

Kalimat tersebut diakhiri dengan anggukan bahu Udayaditya dan tawa lepas sang putri. Ia benar, mungkin aku sebenarnya kakak yang buruk. Ah, sudahlah.

"Apa saja yang sudah kau lakukan di negeri ini, kawan? Jika engkau ada waktu mungkin kita bisa berkunjung ke Candi Plaosan di utara atau Candi Kalasan. Atau aku bisa menunjukkan kota tua seperti Mataram dengan orang -- orangnya yang ramah."

Udayaditya tersenyum, "Sungguh mulia sekali niatmu ini, tuan putri. Sejauh ini aku baru mengunjungi Pasar Kliwon saja disamping mengelilingi kompleks istana ini. Mengapa kau memberi saran tempat yang jauh, bahkan candi Prambanan pun aku belum memasukinya. Apakah kau lebih tertarik kepada agamamu sendiri? Tidak tahukah kau bahwa seni dan budaya tidak membeda -- bedakan agama?"

Pertanyaan Udayaditya sedikit membuat Pramoda tercekat, "Bukan begitu, tuan Udayaditya," kali ini Pramoda mengeluarkan ucapan sopan, "dalam perjalanan ke sini kau tentu sudah melewati Candi Prambanan. Aku beranggapan kau sudah mengunjunginya."

Kali ini Udayaditya yang tersenyum lebar, "Hahaha, tenang saja, tuan putri, aku hanya bercanda. Aku hanya mengujimu saja. Lupakah kau bahwa Rakai Pikatan berbeda agama denganmu?"

Pramoda ikut tertawa kecil. Sang pangeran melanjutkan, "Mengenai candi, aku lebih tertarik kepada candi baru di dataran barat yang dibangun oleh Rakai Garung. Isu yang kudengar candi ini akan menjadi candi terbesar di nusantara. Benarkah begitu? Jika benar kau berhutang janji padaku untuk membawaku ke sana."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun