Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pramodawardhani 3 [Novel Nusa Antara]

10 Januari 2019   13:30 Diperbarui: 10 Januari 2019   13:50 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Selamat pagi, tuan putri, jalan kemuliaan Buddha mengikutimu."

Pramoda yang terkejut segera membalikkan tubuh dan melihat seorang pemuda bermuka ramah dengan tinggi sepantaran menyapanya. Pemuda itu memakai pakaian kulit dan alas kaki bertali. Ia adalah Udayaditya Mahardewa, keponakan paman Balaputradewa. Artinya ia adalah sepupuku.

"Ah, hmm, selamat pagi juga, tuan, kebenaran Sang Buddha juga menyertaimu." Pramoda membalas ucapan Udayaditya dengan sedikit gugup.

"Sungguh kesempatan yang tak dinyana, bertemu dengan seorang tuan putri di hari ketiga kedatangan kami. Sebuah kehormatan untuk tamu dari negeri seberang. Dan ternyata rumor itu benar. Tuan putri dari Negeri Medang memiliki wajah yang sangat rupawan. Rakai Pikatan adalah pemuda yang beruntung."

Pramoda tersipu malu mendengar ucapan Udayaditya. Ia tidak dapat membalas ucapannya, melainkan ia memperhatikan Udayaditya dengan seksama. Biasa saja. Tidak ada yang menonjol dari penampilan laki -- laki ini pada umumnya. Ia berkulit putih, lebih tinggi kira -- kira seperempat depa dari Pramoda. Mukanya berbentuk lonjong, bersih, dan senyumnya manis dengan gigi yang tertata rapi. Kepribadiannya sedikit menarik, ia terlihat percaya diri di depan wanita. Pramoda dapat mengetahuinya walaupun baru saja bertukar salam dan ia menyukainya. Teman -- temannya memberi salam kepada Udayaditya dan melanjutkan pencarian bunga hias.

Udayaditya melanjutkan, "Apa yang dilakukan seorang putri cantik pada pagi hari seperti ini di dalam Taman Anyelir?"

"Aku sedang memeriksa petak -- petak bunga ini. Aku berharap mawar putih sudah muncul pada waktu ini untuk melengkapi rangkaian bunga yang sedang aku rancang. Ternyata alam belum berpihak padaku."

"Ah, mengapa kau tidak mencoba anggrek putih, aku melihat beberapa sudah mekar di pojokan sana."

"Ya, pangeran, aku tidak begitu menyukai bentuk anggrek putih. Berbeda dengan mawar putih yang elegan. Salah satu bunga yang dapat menggantikan mawar putih adalah bunga lili, namun sayang mereka cepat layu. Dan mudah -- mudahan aku benar, apakah kau disebut juga pangeran di kerajaan asalmu?"

Udayaditya tersenyum lebar. Pramoda menyukai pemuda ini. Ia tampak ramah dan berhati baik.

"Di kerajaan asalku, aku bukan siapa -- siapa, tuan putri. Aku hanya memiliki darah raja, dan ketika pamanku tidak memiliki keturunan, aku hanya bisa berharap bahwa aku akan mewarisi kerajaan Sriwijaya. Semuanya belumlah pasti, tuan putri. Serta tolong jangan memanggilku dengan sebutan pangeran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun