Mohon tunggu...
Humaniora Artikel Utama

Wiro Sableng, Kapak Maut Naga Geni 212 versi 2016

3 Desember 2016   15:49 Diperbarui: 3 Desember 2016   16:22 4697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.jurukunci.net/2013/04/fakta-tentang-wiro-sableng-212.html

Kapak Maut Naga Geni 212 kemarin melayang-layang di langit Jakarta. Memang kemarin adalah tanggal 2 bulan 12. Tapi entah siapa yang pertama kali berinisiatif menyebut aksi tanggal 2 Desember di Jakarta itu dengan sebutan 212. Saya yakin Wiro Sableng tersenyum lebar, pusaka andalannya disebut-sebut.

Karena peristiwa kemarin itulah saya jadi iseng-iseng nonton Wiro Sableng di Youtube. Ceritanya tentang persilatan tapi dibungkus secara komedi a la 90'an. Tokoh utamanya Wiro, seorang pendekar silat tapi sableng alias gila (kata 'sableng' dalam bahasa Jawa bisa diterjemahkan dengan kata 'gila' dalam bahasa Indonesia meski kurang pas). Wiro selalu tertawa sambil tangan kanan menggaruk kepala dan tangan kiri menggaruk ketiak. Dia benar-benar sableng. Bahkan saat bertarung dengan pendekar lain dia tetap tertawa dan menggaruk ketiak, baik ketiak sendiri maupun ketiak musuhnya. Kalau musuhnya banyak, dia akan memberikan totokan maut pada jalur nadi di dekat ketiak yang membuat semua musuhnya tak bisa bergerak. Rupanya dia sudah kenal manequin challenge.

Jurus pertama yang diajarkan oleh guru Wiro, Sinta Gendeng ('gendeng' juga berarti 'gila'), adalah Jurus Orang Gila Menggebuk Lalat. Kalau itu jurus yang pertama diajarkan, berarti itulah jurus paling gampang sebelum mempelajari jurus-jurus lain yang lebih rumit. Dalam jurus itu, terkandung ejekan untuk musuhnya. Musuh-musuh Wiro yang adalah pendekar-pendekar silat hanya dianggap seolah-olah lalat, bahkan lalat yang digebuk hanya oleh orang gila. 

Tindakan menggebuk lalat hanyalah tindakan biasa. Tidak usah belajar silat juga bisa. Orang gila juga bisa. Kuda juga bisa. Tapi Jurus Orang Gila Menggebuk Lalat hanya Wiro Sableng dan gurunya yang bisa. Biarpun gila, Wiro dan gurunya tetaplah pendekar yang tidak bisa dianggap enteng.

Ah...entahlah. Saya tidak tahu apa yang ingin saya ceracaukan hari ini. Saya hanya samar-samar mencium aroma kesamaan antara serial Wiro Sableng yang bersenjatakan Kapak Naga Geni 212 dengan Aksi Damai 212 di Jakarta kemarin (2/12). Dua-duanya punya tokoh utama yang sama, yaitu Wiro Sableng. Dan 'Wiro Sableng'-nya Jakarta kemarin siang adalah Jokowi. Ehehee...jangan-jangan saya nanti diciduk Bareskrim karena menyebut Jokowi seperti Wiro Sableng. Aih aihh...takut.

Orang-orang yang berniat menggulingkan Jokowi adalah pendekar-pendekar hebat. Temannya banyak. Duitnya banyak. Ilmunya banyak. Tapi Jokowi menghadapinya dengan tertawa ala Wiro Sableng. 

http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20161202142533-277-176875/setelah-jaket-bomber-giliran-payung-jokowi-jadi-tren/
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20161202142533-277-176875/setelah-jaket-bomber-giliran-payung-jokowi-jadi-tren/
Jokowi tak punya kapak, dia hanya pakai payung. Tapi tawa Jokowi tidak sembarangan. Musuh yang banyak tidak membuatnya pusing. Seandainya Jokowi adalah Wiro, dia hanya tinggal mengirimkan totokan pada urat nadi di dekat ketiak setiap musuhnya. Jadilah semua musuhnya tak dapat bergerak. Dan memang itu yang diperbuatnya. Totokan maut itu datang pagi-pagi buta. Mereka yang mau merongrong pemerintahan digiring satu-persatu tanpa bisa bergerak.

Tapi Jokowi memang tak kalah sableng dengan Wiro Sableng. Dia tidak takut datang ke tengah kerumunan, bahkan memberikan apresiasi kepada para pendemo. Saya yang hanya menonton videonya saja merinding. Bagaimana jika ada yang melempar batu ke Jokowi? Bagaimana jika umat terbakar provokasi pada saat Jokowi pidato? Saya tidak meragukan kualitas Paspampres, tapi saya merinding sekaligus tegang. Ah...dia memang sableng. Tidak ada takutnya sama sekali.

Sesudah hampir semua musuhnya tak berkutik, Wiro Sableng...eh Jokowi hanya tinggal tertawa. Senyum lebar. Sehabis sholat Jumat, tinggal satu jurus lagi bagi Jokowi untuk menuntaskan pertarungan. Ya, dia memilih jurus paling gampang, Jurus Orang Gila Menggebuk Lalat. Semua yang mengganggu kedamaian hanyalah lalat, dan hanya perlu satu orang gila untuk menggebuknya, sambil garuk-garuk ketiak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun