Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bergerak Menggapai Takdir (Pelajaran dari Yusuf yang Dijual ke Mesir)

9 November 2022   21:01 Diperbarui: 9 November 2022   21:28 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joseph being sold, Zygmund Sokolowski, 1883. Wikimedia (dikelola TheTorah.com)

Adapun Yusuf, ia dijual oleh orang Midian itu ke Mesir, kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja (Kejadian 37:36).

Kompasianer yang terkasih, rancangan Tuhan bagi umat-Nya ialah damai sejahtera, bukan kecelakaan dan Ia memberikan hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11). Takdir (destiny) telah ditentukan oleh Tuhan, namun nasib (fortune) kita harus diusahakan. Contohnya terdapat dalam Pengkhotbah 4:13-14, tentang seorang anak muda yang miskin, namun berhikmat mampu mengubah nasibnya sehingga ia menjadi seorang raja. Bagaimana kita bisa menggapai takdir dari Tuhan? 

Yusuf adalah teladan yang baik. Ia yang sangat dibenci oleh kakak-kakaknya, dalam permufakatan jahat mereka kemudian ia dijual kepada para pedagang Midian. Saya telah menulis sebelumnya tentang Yusuf dengan judul: "Perspektifku, Itulah Aku (Pelajaran dari Yusuf dan Saudara-Saudaranya)." Jadi, saya akan menulis beberapa seri tentang Yusuf bin Yakub; ini seri yang kedua.

Yusuf yang dijual sebagai budak di Mesir pada akhirnya menjadi anak muda yang sukses. Imannya kepada Tuhan tidak tergoyahkan sehingga masalah yang datang tidak membuatnya tumbang dan kalah, justru oleh penyertaan dan berkat Tuhan ia selalu berhasil dalam pekerjaannya (Kej. 39:1-6a; 21-23). Dan pada akhirnya, dengan kuasa Roh Allah, Yusuf menjadi orang nomor dua di Mesir setelah Firaun (Kej. 41:37-45). Apa rahasianya?

1.  Memiliki visi

  • Visi dalam pandangan Kristen adalah wawasan iman. Jadi, semakin dewasa iman jemaat, semakin ia mengenal Tuhan. Semakin jemaat mengenal Tuhan, semakin ia memahami visi Tuhan bagi hidupnya. Takdir (destiny) memperjelas tujuan (destination). Visi menjaga kita tetap berada dalam panggilan-Nya.
  • Yusuf punya visi atau mimpi (dream) dari Tuhan (Kej. 37:5,9). Kita tidak perlu tahu kapan dan di mana visi akan digenapi. Taat saja kepada-Nya!
  • Visi Tuhan yang membuat Yusuf mampu bertahan dan terus maju dalam penderitaan selama tiga belas tahun. Ia lulus ujian dengan predikat terbaik.
  • Semakin dekat dengan penggenapan visi, semakin banyak pula pengorbanan yang harus diberikan.

2.  Memiliki sikap yang benar

  • Sikap adalah perbuatan yang didasari pada keyakinan atau yang dipercayai. Jadi, sikap kita adalah hasil dari pilihan dan keputusan kita. Sikap yang benar mendekatkan kita pada penggenapan visi, sebaliknya sikap yang salah menjauhkan kita daripadanya.
  • Yusuf manis sikapnya (Kej. 39:6). Sikapnya benar saat dia dihadapkan pada godaan dosa. Sikapnya dinyatakan melalui perkataan dan perbuatan yang selaras dan konsisten dengan sikapnya itu (Kej. 39:7-10).

3.  Memiliki etos kerja yang baik

  • Etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok.
  • Yusuf adalah seorang yang biasa bekerja keras. Kebiasaan kerjanya telah dimulai sejak ia masih tinggal dengan orangtuanya (Kej. 37:2; bnd. Daud dalam 1 Sam. 17:15).
  • Yusuf bekerja dengan giat meskipun ia dalam kesesakan. Hasil dari bekerja dengan sungguh-sungguh pasti memberi pengaruh yang positif. Promosi pasti datang sebanding dengan prestasi kerjanya (Kej. 39:2-6).
  • Yusuf tidak terpengaruh pada suatu sikon yang sulit, ia tetap menunjukkan kualitas terbaiknya. Emas tetaplah emas!
  • Yusuf menyadari bahwa kesukaran yang dialami adalah jalan Tuhan untuk menjadikan ia berdampak bagi banyak orang (Kej. 45:5-8). Yusuf berhasil melihat kesukaran sebagai tantangan yang menarik.

Demikianlah pelajaran Alkitab pada hari ini, kiranya menjadi perenungan bagi kita semua. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun