Kok bisa? Ya bisa, karena mereka kaya dalam kemurahan (ay. 2) yang diterima dari kemiskinan Yesus Kristus (ay. 9). Arti 'kemurahan' dari istilah Ibrani yaitu kesempurnaan atau integritas, jadi menunjuk pada motif mereka di dalam memberi. Orang yang kaya dalam kemurahan hati akan sanggup memberi dengan kerelaan sendiri yang dari teks Yunani berarti pilihan diri sendiri, jadi memberi itu sebagai pilihan bebas tanpa paksaan.
Kompasianer yang terkasih, setelah berlalunya pandemi Covid 19 ada banyak jemaat mungkin termasuk saudara yang tidak bekerja lagi atau kalau pun yang bekerja mendapat upah tidak seperti biasanya atau terjadi pemotongan upah, belum lagi dengan kenaikan harga BBM tentu saja ini sangat berat.Â
Tetapi saya percaya Kompasianer belum sampai kepada kondisi seperti jemaat-jemaat Makedonia karena saudara masih bisa menonton, mendengar dan membaca di berbagai platform itu berarti kuota data masih bisa terbeli bukan?Â
Dalam situasi keuangan yang minus tentu Kompasianer telah berdoa kepada Tuhan dan tidak salah juga kalau saudara mengharapkan ada orang yang datang membantu. Tetapi bagaimana kalau ada himbauan dari gereja atau Pendeta saudara yang meminta untuk memberi persembahan diakonia untuk membantu jemaat yang tidak mampu, apakah saudara akan mendaftarkan diri sebagai penerima atau pemberi bantuan diakonia tersebut?Â
Sebagai Pendeta, saya telah menyaksikan anggota jemaat yang miskin harta namun murah hati, kehidupan mereka senantiasa terpelihara oleh berkat Tuhan. Anak-anak mereka berhasil di dalam pendidikan sampai mendapatkan pekerjaan yang baik. Kekayaan spiritual tidak dapat dihambat oleh kemiskinan material, iman dan perbuatan kasih jemaat sesuai dengan Firman Tuhan: "... Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kis. 20:35).
Demikian pelajaran Alkitab pada hari ini, kiranya menjadi perenungan kita bersama. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya. Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.