Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Quality Time (Efesus 5:15-17)

19 September 2022   10:17 Diperbarui: 19 September 2022   10:36 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kompasianer yang terkasih, dalam teks ayat-ayat pokok pada tema di atas mengapa ayat 16 mengatakan kita harus mempergunakan waktu yang ada? Jawabannya adalah "karena hari-hari ini adalah jahat."

  • 'Adalah' dari teks Yunani eisin, dari kata eimi (= exist). Jadi, hal-hal jahat yang terjadi hari-hari ini merupakan realitas atau fenomena yang ada dan sedang berlangsung di tengah masyarakat termasuk orang-orang Kristen di dalamnya.
  • 'Jahat' dari teks Yunani ponerai, dari kata poneros. Dalam konteks ayat 16 poneros artinya a time full of peril to Christian faith and steadfastness.
  •  'Dan pergunakanlah' dari teks Yunani exagorazomenoi, dari kata exagorazo (= I buy out; redeem). Ini berarti, kita harus membayar harga untuk membeli atau menebus. Membayar harga membutuhkan komitmen.
  • 'Waktu' dari teks Yunani kairon, dari kata kairos (= suitable time, right moment, a favorable moment; occasion, opportunity).
  • Oleh karena 'hari-hari ini jahat' merupakan ancaman yang serius bagi iman orang Kristen, maka di ayat 15 dikatakan bahwa kita harus memperhatikan bagaimana kita hidup (teks Yunaninya: pos peripateite = how I conduct my life).
  • Di ayat 17 dikatakan bahwa kita harus berusaha mengerti kehendak Allah.
  • Jadi, memperhatikan (ayat 15), mempergunakan (ayat 16) dan mengusahakan (ayat 17) merupakan peran serta kita sebagai jemaat. Tuhan yang memberikan waktu, namun kita yang mengelolanya.

Dua tahun lalu, menunggu pemerintah mengumumkan selesainya masalah Covid 19 rasanya lama sekali dan membuat frustasi perihal bekerja dan beribadah di rumah masing-masing. Sebagai warga, kita ingin segera bekerja dan berusaha lagi seperti biasanya supaya ekonomi keluarga dapat terpenuhi. 

Sebagai jemaat, kita juga sangat merindukan saatnya untuk dapat beribadah secara tatap muka karena ibadah di gereja itu selain kita bersekutu dengan Tuhan, kita juga bertemu dengan sesama anggota jemaat. Sungguh, pandemi Covid 19 telah mengubah banyak hal termasuk soal penggunaan waktu dalam hidup kita. Kita semua tersadar betapa berharganya waktu ketika banyak hal yang biasa kita kerjakan, tetapi sekarang tidak bisa dikerjakan.

Namun demikian, situasi ini membuat kita yang biasa sibuk dengan berbagai jadwal dan rutinitas yang mengisi waktu kita dari pagi sampai malam sehingga tanpa sadar kita telah melupakan sesuatu yang fundamental yaitu Quality Time! Kita seakan lupa bahwa Allah menciptakan lembaga terkuat yang menjadi dasar keberhasilan untuk menguasai bumi yaitu keluarga (Kej. 1:26-28). 

Dan keluarga Allah dalam Perjanjian Baru adalah jemaat dan rumah tangga Kristen. Terkait dengan quality time, inilah kesempatan terbaik kita untuk mengevaluasi dan memperbaiki kualitas diri kita dengan Tuhan dan keluarga di rumah dalam menggunakan waktu setelah berlalunya pandemi Covid 19 ini.

Pertama, memperhatikan kualitas waktu ibadah dengan Tuhan. Apakah Kompasianer biasa berdoa dan membaca firman Tuhan sebelum saudara beraktivitas atau pergi bekerja? Apakah Kompasianer selama ini selalu bersyukur ataukah tidak merasa puas dengan pendapatan atau gaji yang didapat? Apakah Kompasianer selama ini datang ke gereja tepat waktu seperti kalau saudara tiba di tempat kerja ataukah saudara sengaja datang hanya pada waktunya firman Tuhan? 

Apakah sekarang selain beribadah onsite di gereja, Kompasianer yang beribadah di rumah secara live streaming atau ibadah online saudara bisa duduk dengan pakaian rapi dan tepat waktu seperti yang telah diumumkan pihak gereja ataukah saudara dengan seenaknya saja berpakaian dan beranggapan bahwa ibadah yang disiarkan dari Youtube, WhatsApp, dan sebagainya bisa ditonton kapan saja sambil tiduran dan memakan cemilan? 

Marilah kita menjadi jemaat yang arif, jangan seperti orang bebal!

Kedua, memperhatikan kualitas waktu dengan keluarga di rumah. Kompasianer, mari kita jujur. Apakah selama ini dengan berbagai kesibukan kerja, saudara masih menyempatkan diri untuk bercengkerama dengan pasangan dan anak-anak ataukah saking sibuknya saudara hanya melihat pasangan dan anak-anak di waktu berangkat mereka masih tidur dan pulangnya melihat mereka sudah tidur? 

Apakah di akhir pekan Kompasianer menggunakan waktu untuk keluarga ataukah saudara memakainya untuk tidur karena kurang istirahat di hari kerja atau bahkan tetap mengerjakan di rumah tugas yang tidak selesai di kantor? Bagaimana komunikasi Kompasianer dengan pasangan dan anak-anak?

Bagaimana dengan hari Minggu, apakah Kompasianer pergi beribadah di gereja bersama dengan keluarga di jam yang sama ataukah pasangan dan anak-anak yang pergi di jam pertama dan saudara pergi sendiri di jam kedua karena masih mengantuk? Bagaimana dengan doa bersama keluarga, apakah biasa dilakukan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun