Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pelajaran Kehidupan dari Esau dan Yakub (Kejadian 25:29-34)

14 September 2022   12:38 Diperbarui: 17 Februari 2023   21:29 14550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Yakub & Esau, Dalam Kajian Sastra Ibrani. Sumber: SarapanPagi.Org

Kita tahu bersama kisah tentang si kembar Esau dan Yakub sejak di Sekolah Minggu yaitu bahwa Esau adalah anak yang sulung dan Yakub lahir setelahnya dengan dia memegang tumitnya Esau. Hal ini merupakan penggenapan firman Tuhan kepada Ribka, ibunda mereka (ay. 23-26). Meskipun mereka berdua kembar, namun terdapat perbedaan yang mencolok di antara keduanya:

Pertama, Esau tubuhnya berwarna merah dan seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu, sedangkan Yakub biasa saja seperti bayi-bayi lainnya (ay. 26). Kedua, Esau menjadi seorang yang pandai berburu dan suka tinggal di padang, sedangkan Yakub seorang yang tenang dan suka tinggal di kemah (ay. 27). Ketiga, Esau disayang oleh Ishak, bapanya, sedangkan Yakub dikasihi oleh Ribka, ibunya (ay. 28). Dengan demikian, Esau dan Yakub tidak kembar identik.

Kemudian datanglah masalah di dalam kehidupan si kembar. Suatu ketika, Esau lelah setelah pulang dari padang dan waktu itu Yakub sedang memasak sop kacang merah. 

Lalu Esau meminta masakan yang dibuat oleh Yakub, dan Yakub kemudian memanfaatkan momentum tersebut untuk barter dengan yang sebetulnya tidak masuk akal, namun ternyata Esau menyetujuinya! Akhirnya, terjadilah transaksi itu: Yakub memberikan roti dan sop kacang merah setelah Esau bersumpah dan menjual hak kesulungannya terlebih dahulu (ay. 29-34; ayat pokok kita).

            Pelajaran yang kita dapatkan dari kisah ini adalah:

I. Dari Esau

Pertama, Esau ceroboh ketika dia lelah dan lapar. Rasa lelah dan lapar telah menumpulkan akal sehat Esau sehingga dia lebih suka pada apa yang dia lihat dan rasakan dibandingkan dengan apa yang akan dia terima dari Tuhan berdasarkan iman. Kedua, Esau berpikir jangka pendek. 

Hak kesulungan hanya seharga roti dan sop kacang merah. Makanan jasmani hanya memuaskan sesaat saja, sedangkan berkat anak sulung meliputi berkat Tuhan untuk masa kini dan masa depan secara rohani termasuk yang jasmani.

Ketiga, Esau meremehkan status kesulungan. Esau tidak menganggap hak kesulungan sebagai hal yang penting sehingga dengan lancang dia menjualnya hanya dengan semangkok makanan (ay. 32-33). 

Itu sebabnya penulis Surat Ibrani memperingatkan dengan sangat keras kepada pembaca agar tidak meniru Esau dan kelakuannya (Ibr. 12:16). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun