Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seni Hidup Bertetangga di Kompleks Perumahan

23 Maret 2023   16:59 Diperbarui: 24 Maret 2023   00:30 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Johannis Plenio/Pexels

Tahun ini adalah tahun yang istimewa. Nyepi dan Ramadan 2023 jatuh pada waktu yang sama. Memang, Saya tidak merayakan keduanya, namun buat Saya, ini adalah momen luar biasa untuk merefleksikan kembali hal -hal esensial yang sangat penting dalam hidup. 

Ada satu hal mendasar yang menarik dan perlu dilatih setiap hari. Tentang pengendalian diri. Selalu ada ujian untuk menguji kesabaran itu, bisa datangnya dari dalam diri sendiri, maupun dari lingkungan terdekat.

Bicara tentang lingkungan terdekat, tetangga adalah salah satunya. Ibarat kata, tetangga adalah saudara terdekat kita. Sudah selayaknya kita juga memperlakukan tetangga seperti keluarga kita sendiri, bukan?

Namun, tentu saja hal itu tidaklah mudah. Apalagi kalau kita hidup dalam kompleks perumahan, yang notabene, penghuninya memiliki latar belakang dan prilaku  yang berbeda satu dengan lainnya. Untuk ini, perlu tenggang rasa yang luas serta rasa sabar yang ekstra.

Tidak perlu mencampuri urusan orang lain

"Ma, ingat...kita akan pindah ke kompleks perumahan. Kamu akan mudah tersulut atau tersinggung nanti. Jadi, berusahalah untuk tidak  mencampuri urusan rumah tangga orang lain, kalau kamu ingin hidup tenang..." 

Ini pesan almarhum suami dua puluhan tahun silam, saat untuk pertama kalinya,  kami berdua dengan dua anak balita, akhirnya pindah ke rumah milik kami sendiri. Rumah kecil yang telah direnovasi dengan dana terbatas itu akhirnya  bisa kami tempati berempat.

Untuk pertama kalinya, akhirnya Saya benar-benar bisa merasakan menjadi seorang istri dan ibu yang bisa menata rumah sendiri, setelah empat tahun tinggal bersama ibu mertua. 

Bagi Saya, pesan ini penting untuk diperhatikan. Saya termasuk kelompok emak-emak yang tidak sabaran. Untungnya, waktu Saya lebih banyak dihabiskan di luar rumah. Jadi, tidaklah sulit untuk melaksanakan pesan suami. 

Ada batasan yang jelas, bahwa rumah dan setiap rumahtangga, memiliki ranahnya masing-masing yang tidak dapat dilewati oleh orang lain.  Bila tidak dimintai pendapat kita, tidak perlu repot-repot memberi saran dan sejenisnya, meskipun mulut sangat ingin untuk berbicara. 

Bahkan ketika mungkin, suara 'piring terbang' dari  warga tetangga sudah terdengar, tidak perlu menerjunkan diri ke dalamnya. Selain membahayakan diri sendiri, juga bisa berdampak pada keberlanjutan hubungan dengan tetangga. 

Cukup laporkan pada Ketua RT setempat. Langkah selanjutnya, tergantung  apa kata Ketua RT.

Pandai-pandailah menangkal gosip dan rumor yang beredar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun