Mohon tunggu...
thekeyofhappiness
thekeyofhappiness Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar sejati

I'm Muslimah and I Proud of it...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Ayah Yang Terlupakan

17 Desember 2020   17:11 Diperbarui: 17 Desember 2020   17:52 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesungguhnya ayah adalah seorang laki-laki yang diamanahkan di dunia ini untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang ayah. Yang mana juga merupakan seorang pemimpin serta pelindung  bagi semua anggota keluarganya dan penanggung jawab dalam segala urusan dan kebutuhan  keluarganya, baik dalam kebutuhan rohani maupun jasmani,dan dari segi pendidikan anak juga pengasuhannya. Karena dengan kewajiban seorang ayah yang begitu berat inilah maka didalam syari'at islam memposisikan seorang laki-laki lebih tinggi kedudukannya dari seorang perempuan, yang disebutkan di dalam Al-Quran surah An-Nisaa' ayat 34 :

" Laki-laki(suami) itu pelindung bagi perempuan(istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang lain(perempuan), dan karena mereka(laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya."

  Ayah diibaratkan sebagai kapten atau nahkoda dalam sebuah  kapal pesiar, yang mana  jika seorang kapten tidak menjalankan dan mengemudikan kapalnya dengan baik dikarenakan kelalaiannya atau sebab tertentu, maka akan menimbulkan bencana dan dampak buruk bagi penumpang kapal tersebut. Akibatnya semua penumpang dan dirinya juga ikut tenggelam dan hanyut dalam lautan. Kapal disini ibarat sebuah keluarga dan penumpang kapal adalah anggota keluarga. Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan dalam mengemudikan sebuah kapal dan pengetahuan akan perannya sebagai nahkoda sebelum menjalankan dan berlabuhnya kapal, maka harus dibekali dengan suatu ilmu dasar dalam menjalankannya.  Ilmu inilah yang kita harus pelajari terlebih dahulu sebelum berlanjut ketahapan pembentukan sebuah keluarga. Yang biasa kita sebut dengan ilmu parenting. Jika ingin melihat baiknya suatu kualitas keluarga, tentunya  yang dilihat pertama kali adalah pemimpin dari keluarga tersebut. Apabila seorang pemimpin mengaturnya dan membimbing keluarganya dengan baik, maka akan dihasilkannya generasi-generasi penerus bangsa yang baik pula. Parenting adalah ilmu yang mempelajari tentang mengasuh, mendidik dan membimbing anak dengan benar dan tepat. Dan juga merupakan proses pengasuhan dan pendidikan anak mulai dari kelahirannya hingga mencapai kedewasaan personal. Jadi parenting dimulai sejak anak baru dilahirkan, dan selesai pada saat anak sudah memenuhi kriteria untuk disebut sebagai pribadi yang dewasa. Dewasa dalam fungsi parenting adalah dewasa secara mental atau psikologis. Biasanya ilmu parenting hanya diketahui oleh para ibu, namun ilmu ini juga penting diketahui bagi para ayah. Dan lebih baiknya diketahui oleh kedua belah pihak dari orangtua.

 Father Hunger atau Fatherless di Indonesia

Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara dengan fatherless atau father hunger dalam pengasuhan anak, yaitu tidak adanya peran ayah karena hanya hadir secara fisik, tetapi tidak terlibat dalam urusan perkembangan anak (Pakar Pengasuhan Keayahan, Irwan Rinaldi).

 Peran ayah sangat berdampak luar biasa dalam pengasuhan anak. Saat pengasuhan anak berada pada usia 7-14 tahun dan 8-15 tahun, kehadiran sosok ayah di tahap perkembangan ini sangatlah dibutuhkan. Irwan Rinaldi mengungkapkan jika anak tidak mendapatkan peran ayah di usia tersebut, maka akan terjadi ketimpangan antara pertumbuhan dan perkembangan anak karena orangtua hanya fokus pada masalah pertumbuhan anak. Hal itu bisa berdampak pada mundurnya usia perkembangan anak dibandingkan pertumbuhan karena kurangnya stimulan dari kedua orangtua.

Adapun ciri-ciri dari father hunger atau fatherless yaitu ketika usia biologis anak, khususnya anak laki-laki lebih maju dibandingkan usia psikologisnya. Hal ini seringkali menjadi penyebab utama terjadinya perceraian di masa depan anak, dimana 80% istri meminta bercerai karena suaminya lebih mengalami kemajuan di usia biologis dibandingkan kematangan psikologisnya. "Father hunger juga mengakibatkan anak mudah mengalami depresi, menjadi antisosial, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, terjerumus seks bebas, narkoba, dan LGBT,” jelas Irwan. Menurut Irwan, hal tersebut umumnya terjadi karena anak kehilangan sosok ayah, adanya kekosongan peran ayah dalam pengasuhan, terutama saat anak berada dalam periode emas, di usia 7-14 tahun dan 8-15 tahun. “Biarpun anak memiliki ayah, namun mereka tidak mendapatkan pendampingan dan pengajaran dari sosok ayah. Father hunger ini dapat menjadi penjara baru bagi anak di rumah. Di sinilah pentingnya memperkuat peran seorang ayah, yaitu loving, coaching, dan modelling,” tegas Irwan.

Untuk mengurangi fatherless atau father hunger di Negara tercinta ini, saya ingin mengingatkan kembali kepada seluruh ayah Indonesia apa saja peran seorang ayah dalam keluarga. Dan ternyata dampak dari berperannya seorang ayah sangatlah besar bagi anak-anak mereka kelak. Dan disini saya akan membahas apa saja peran seorang ayah  dalam keluarga menurut islam, menurut psikologi, peran ayah dalam penanaman nilai-nilai spiritual, dalam pendidikan dan pengasuhan anak, dalam kehidupan seorang anak baik laki-laki maupun perempuan, yang jarang diketahui oleh para ayah di negara kita ini.

Peran Ayah dalam Keluarga Menurut Islam 

Menjadi Pemimpin dalam Keluarga  

Peran ayah dalam keluarga yang pertama adalah menjadi pemimpin keluarga. Setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, dan Allah menciptakan manusia untuk menjadi Khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah ta'aala :  “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Al-An’am:165).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun