Mohon tunggu...
The Handa
The Handa Mohon Tunggu... Freelancer

Pembelajar~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ingkar

7 Februari 2025   20:58 Diperbarui: 7 Februari 2025   21:11 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gagal dalam cinta. Gambar oleh Nika Akin/Pixabay.com

Saturday, November 25th 2017

4:09:27 PM

Dari kota bunga kutuliskan kisah ini.

Gerimis tak henti-hentinya menderai genting kosku. Menahanku untuk tetap berada di kamar. Jemu. Rasanya jarum pendek di jam dinding itu telah lima kali mengunjungi angka yang tersusun melingkar.

Mau tak mau aku hanya bisa terus bertatapan mesra dengan laptop kesayanganku satu-satunya. Ditemani secangkir susu jahe panas yang sangat nikmat diseruput saat cuaca sedang dingin-dinginnya.

Tanganku berputar-putar memilah folder, menyeleksi file mana yang masih terpakai. Sorot mata berhenti pada file berjudul The Good Dinosaurus. Anganku melayang pada kenangan saat aku dan dia nonton bareng film kartun animasi itu.

Yaaaaaaaaaa, itulah momen intim terakhir kita di liburan kemarin, sebelum kami kembali ke perantauan masing-masing. Kami memang jarang punya kesempatan untuk bertemu. Jarak ribuan kilometer memaksa kami hanya bertemu paling banyak dua kali setahun.

Dia. Dia adalah lelaki matang karbitan, keadaan mempercepat kematangannya. Anak laki-laki satu-satunya dari keluarga sederhana. Yang mau tak mau harus menjadi tulang punggung keluarga.

Berat benar nasibnya, banyak mimpi yang rela dilepaskannnya demi memenuhi tuntutan itu. Tubuh semampai nan mungilnya tak seimbang dengan porsi kerjanya yang harus mengangkat besi-besi rakitan kendaraan, 12 jam perhati, 6 hari per minggu.

Aku melihatnya pertama kali di sebuah kegiatan organisasi kepanduan yang aku ikuti sewaktu sekolah menengah. Dia sama sekali bukan pangeran tampan seperti yang terlihat dalam drama Cinderella. Dia sangat biasa seperti manusia pada umumnya.

Tepatnya dia adalah kakak tingkatku di organisasi itu. Cara berbicaranya yang menawan dan sikapnya yang manis meluluhkan kecuekanku untuk menyapanya duluan.

Entah darimana keberanian itu merasukiku, dengan segenggam talok (kersen) yang kupetik di tepi jalan kuajak dia menapaki jejak kenangannya selama mengikuti organisasi kepanduan tersebut. Ntah kenapa percakapan yang aku mulai ini semakin nyambung. Tak terasa seratus dua puluh menit kami lalui dengan riuhnya tawa, menertawakan kekonyolan masa-masa kami menjadi junior dan bagaimana songongnya kami mengerjai junior saat telah menjadi senior.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun