Mohon tunggu...
Titin Sulistiawati
Titin Sulistiawati Mohon Tunggu... profesional -

Namaku tetap sama, jiwaku tetap sama, visi dan misiku tetap sama dan aku adalah orang yang sama, akupun mencintai sesama...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudahnya Mendapatkan Emas 24 Karat Seberat 100 Gram, Anda Berminat?

15 Maret 2013   11:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:44 2555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Emas, siapakah sih yang tidak suka dengan satu kata benda itu? Ya, emas adalah perlambang strata kehidupan seseorang, semakin banyak emas yang seseorang miliki semakin terlihat dan terukur nilai strata kehidupannya secara materi. Lalu bagaimanakah seseorang untuk memiliki emas dengan jumlah yang begitu banyak? Tentunya jawabannya adalah, “sangat sulit memiliki emas dengan jumlah yang sangat banyak”. Apakah jawaban anda? Jawaban anda adalah hak anda untuk menjawabnya karena anda yang bisa mengukur kemampuan anda sendiri secara pribadi, apakah aku bisa dan mampu memiliki emas dengan jumlah banyak dan mudah serta murah.

Tidak pernah terbayang oleh fikiranku bahwa aku bisa memiliki emas sampai seberat 100 gram, jumlah yang fantastis untuk ukuranku sebagai seorang guru honorer dengan gaji diluar dari batas kewajaran standar kehidupan pada umumnya. Tetapi mengapa aku mampu memilikinya? Mari kita simak cerita atau kisahku ini. Awal mula aku memiliki emas dengan cuma-cuma dan segala kemudahan yang Tuhan beri padaku adalah dua buah cincin emas 24 karat masing-masing seberat 5 gram, sebagai pengikat cinta kami berdua (hadiah dari seorang calon suami untuk aku sebagai calon istri) pada tanggal 6 Juni 1994. Dan dua buah cincin itu mengikat aku untuk selanjutnya kami menikah pada tanggal 4 September 1994, serta kembali lagi aku dhadiahkan sebuah gelang emas 24 karat seberat 10 gram dan kalung emas 24 karat seberat 15 gram. Tentunya buatku adalah hadiah yang sangat fantastis. Tanpa kerja keras aku sudah memiliki emas sebanyak 35 gram emas 24 karat.

Emasku tak semakin berkurang tetapi malah semakin bertambah dengan kelahiran putri pertama kami pada tanggal 1 Juli 1995 dan kami beri nama Adinda Fauziah Juliana, kembali hadiah bertabur emas dapat kami nikmati dengan tanpa kerja keras dan dengan kemudahan. Hadiah itu kami dapat dari saudara-saudaraku tercinta 15 gram emas 24 karat sebagai hadiah buah cinta kami. Rasa syukur pada Tuhan yang tiada terkira atas semua hadiah yang telah dipersembahkan untuk putri cantik kami.

Tahun mulai berganti dan kehidupan kami masih menjadi seorang guru honorer yang mengajar dibeberapa tempat, sampai akhirnya saya hijrah untuk menetap di Jakarta pada tahun 1996 dan mengajar di sebuah sekolah swasta dengan gaji guru honorer “ala kadarnya”, sungguh tetap kami syukuri karena dengan gaji “ala kadarnya” kami tetap mampu bertahan hidup di Jakarta. Hadiah demi hadiah dari tahun ke tahun sering aku dapatka dari para wali murid tempat aku mengabdi.

Hadiah yang membuat aku sering terkagum adalah bila mereka mengahdiahkan cincin emas atau bahkan gelang serta kalung emas. Sedikit demi sedikit aku simpan hadiah pemberian orang tua siswa/iku, Sejak tahun 1997 sampai dengan 2001, saat aku mulai behenti dari tempat aku mengajar di Jakarta terkumpul emas 24 karat sebanyak 50 gram semua hadiah dari orang tua siswa yang kukumpulkan selama kurang lebih lima tahun masa pengabdianku mendidik dan mengajar di sekolah tersebut. Pada tahun 2001, jumlah emasku terkumpul sebanyak 100 gram emas 24 karat.

Emas itu hanya menjadi simpanan dan kadang-kadang aku pakai sebagai penghias tubuhku tapi aku termasuk orang yang paling risi bila harus ku pakai semua emas yang ku miliki. Terbayang aku seperti toko emas berjalan dan menjadi sorotan orang-orang yang memandangnya.

Menurutku ini bukan aku yang sebenarnya, dan aku kesulitan untuk menemukan arti “100 gram emas” untukku. Dan akhirnya emas itu tetap ku simpan dan terus aku mencari jawaban dari semua emas 100 gram yang ku miliki.

Saat aku mulai merambah di dunia “antah berantah”, begitu sebutanku pada saat itu untuk daerah Parungpanjang. Jalanan yang rusak berat, kendaraan yang sulit untuk mencapai daerah Parungpanjang, kereta ekonomi yang penuh sesak, tempat yang masih belum terpetakan dan tentunya masih sangat sulit untuk mengembangkan diri di daerah Parungpanjang menurutku pada saat itu.

Kesulitanku dalam mencari jati diri dan mencari kebermaknaan dalam kehidupanku, membawa aku terus untuk belajar. Belajar untuk mencari makna hidupku agar ada kebergunaan dalam lingkungan sekitarku. Pendidikan dalam bidang pendidikan luar biasa yang pernah ku dapat di bangku kuliah IKIP Jakarta (saat ini UNJ-Universitas Negeri Jakarta) semakin mengasah rasa keinginantahuanku tentang keadaan lingkungan di daerah Parungpanjang dan kebutuhannya akan pelayanan terhadap anak-anak luar biasa.

Diawali dengan melihat langsung beberapa anak berkebutuhan khusus di lingkungan Parungpanjang dan belum mendapatkan pendidikan yang layak untuk mereka karena ketidaktersediaannya sekolah yang dapat melayani anak-anak khusus tersebut. Dan mulailah pada tahun 2002 aku dan suami membuat tempat kursus dan terapi untuk anak-anak khusus, dan tuntutan akan sekolah khusus semakin meningkat tetapi pada saat itu aku masih terbentur dengan biaya pengadaan tempat dan sarana pra sarana. Aku mulai menghitung tentang jumlah kebutuhan bila harus mendidirkan SLB (sekolah Luar Biasa) dan mulai dengan meminjam ke Bank Jabar (bjb pada saat ini) dengan SK PNS yang suami miliki.

Tetapi kebutuhan untuk mendirikan sekolah itu lebih besar dari dugaanku. Aku mulai tercenung, harus berbuat apakah aku dengan dana yang kurang sangat jauh? Ah...aku berlari menuju kamar sederhanaku dan ku simpan dengan rapi 100 gram emas 24 karat milikku yang ku simpan penuh dengan kehati-hatian lalu ku ambil emas 100 gram milikku...kugenggam penuh dengan keeratan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun