Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengupas "Brainwashing" Pelaku Terorisme dan Radikalisme

30 Maret 2021   01:37 Diperbarui: 30 Maret 2021   09:59 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemuda/Dok Reuters

Setidaknya ada 3 (tiga) tahapan dalam pola rekrutmen anggota yang cukup efektif.

Tahap pertama dilakukan dengan membangkitkan nostalgia kejayaan Islam di era kekhalifahan. Pemerintahan Islam terakhir runtuh pada kekhalifahan Ottoman di Turki tahun 1929.

Pada tahap awal akan dilakukan propaganda mengenai Sejarah Perjuangan Umat Islam (SPUI). Bagaimana dulu Islam pernah berjaya dengan sistem Khilafah. Hal ini sontak akan membangkitkan kebanggaan dan kecintaan sebagai kaum muslim.

Tahap kedua adalah menunjukkan tontonan kekejaman Yahudi dan Amerika Serikat. Termasuk didalamnya adalah serangan Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan serta penjara Guantanamo. 

Pada tahap ini, calon anggota akan diberikan pemaparan tentang kekejian dan ketidakadilan bangsa Eropa dan AS sehingga melahirkan daya juang dan jiwa perang untuk membela Islam.

Tahap ketiga ialah pendalilan, yaitu menyampaikan dalil-dalil dalam Al-Quran dan Al-Hadis untuk menimbulkan semangat berjihad.

Dalam tahap ini akan dijelaskan mengenai hukum ikut berjihad, perihal jemaah dan terakhir soal mati syahid.

ilustrasi militan Islam/https://www.indiatvnews.com/
ilustrasi militan Islam/https://www.indiatvnews.com/
Tentunya pola rekrutmen diatas harus ditunjang dengan kondisi calon anggota yang akan direkrut. Biasanya mereka-mereka yang megalami masalah di kehidupan pribadi sangat rentan menjadi korban brainwashing.

Problem keuangan atau ekonomi, misalnya sedang terlilit hutang, tidak bisa menafkahi keluarga atau habis di PHK dari tempat kerja. Problem hubungan percintaan misalnya ditinggal pasangan, diabaikan atau kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang pasangan.

Problem keluarga misalnya anak yang tumbuh dari keluarga broken home, anak yang sering mendapat perlakukan kekerasan dari orang tua atau bisa juga karena pola asuh yang salah.

Problem hubungan sosial misalnya seseorang yang sering dikucilkan, menjadi korban bullying atau juga seseorang yang minder dan merasa sangat tidak percaya diri. Serta banyak lagi problem lainnya yang bisa jadi faktor penunjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun