Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengupas "Brainwashing" Pelaku Terorisme dan Radikalisme

30 Maret 2021   01:37 Diperbarui: 30 Maret 2021   09:59 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemuda/Dok Reuters

Kedua fenomena sosial diatas dapat terjadi karena dilatarbelakangi oleh beberapa alasan umum antara lain.

  1. Pola pikir yang fanatik.
  2. Ketidakpuasan terhadap rezim penguasa.
  3. Perbedaan pandangan dan ideologi.
  4. Latar belakang keluarga.
  5. Pola pendidikan yang menyimpang.
  6. Ketidakadilan yang dirasakan.
  7. Pernah mengalami kejadian traumatis.

Perkembangan terorisme dan radikalisme saat ini semakin mengkhawatirkan karena tidak lagi dilakukan oleh individu, melainkan sudah terstruktur dan terorganisasi dengan baik.

Lahirnya kelompok-kelompok terorisme dan radikalisme menjadi sebuah ancaman yang pasti dan serius bagi kita bersama. Oleh karena itu kita perlu memahami bagaimana mekanisme kelompok ini bekerja mulai dari perekrutan, pendanaan hingga pelaksanaan aksi-aksinya.

Dalam tulisan kali ini, saya akan mengupas lebih dalam mengenai proses perekrutan, indoktrinasi serta brainwashing atau cuci otak pelaku terorisme dan radikalisme.

ilustrasi tindakan kekerasan.Liputan6.com/M.Iqbal
ilustrasi tindakan kekerasan.Liputan6.com/M.Iqbal
Umumnya sebuah organisasi terbangun atas Organizational Chart (O-Chart), demikian hal nya kelompok-kelompok terorisme dan radikalisme juga tersusun atas struktur yang memiliki fungsi serta peranan masing-masing.

Semisal ada divisi perekrutan yang bertugas mencari pengikut sebanyak-banyaknya. Divisi sumber finansial yang bertugas mencari sponsorship dan keuangan. Divisi lapangan yang mengkoordinasikan semua aksi teror mulai dari persiapan, pemilihan sasaran hingga pelaksanaan.

Mereka semua akan bertanggungjawab kepada pada elite kelompok masing-masing. Para elite terdiri atas para pemimpin organisasi. 

Parahnya lagi ialah kelompok-kelompok ini tidak hanya memiliki kekuatan dalam negeri tetapi ada sebagian yang berafiliasi dengan jaringan internasional. Artinya dari segi pendanaan semakin kuat sehingga untuk memberantas mereka diperlukan upaya ekstra keras.

Sepak terjang divisi rekrutmen anggota teroris cukup menarik perhatian saya. Ada satu metode yang paling sering mereka lakukan yang disebut dengan "Brainwashing" atau cuci otak. Dari sudut pandang psikologi, brainwashing merupakan reformasi pikiran atau thought reform. 

Brainwashing adalah sebuah proses penanaman nilai dan rekayasa cara berpikir seseorang yang dilakukan melalui langkah-langkah terukur, sehingga membuat orang tersebut secara tidak sadar menuruti semua perintah dan perkataan orang dan/atau kelompok tertentu.

Abdul Rahman Ayub, mantan penasihat Jemaah Islamiyah (JI) yang mengaku pernah mendoktirn banyak orang di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Australia menjelaskan bahwa pola rekrutmen kelompok radikal atau teroris sebenarnya hampir sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun